KEMARIN DAN ESOK DALAM KEKINIAN KITA Kemarin adalah masa lalu yang secara linear akan semakin menjauh dari diri kita, sedangkan masa depan adalah hari esok yang waktu dan keadaannya akan semakin mendekati kita. Masa lalu adalah kumpulan memori / kenangan berisi berbagai pengalaman suka maupun duka. Masa sekarang diisi dengan bermacam pengamalan dan perenungan, sedangkan hari esok adalah masa depan yang perlu direncanakan / dirancang untuk melakukan tindakan / pengamalan yang lebih baik dan lebih benar dibandingkan dengan apa yang sudah manusia temukan dan lakukan di masa-masa yang telah lalu. Semua orang waras pasti telah memahami semua keadaan yang disebutkan ini. Sebagaimana telah disinggung pada bagian akhir dari pembahasan sebelumnya yakni mengenai sifat kewarasan dari sisi kemanusiaan jika hal itu dihubungkan dengan keadaan hari esok, maka peristiwa Hari Kiamat merupakan fenomena dahsyat dari suatu siklus kerja alam semesta yang pasti akan terjadi. Kita sama-sama menunggu kapan kepastian Hari Esok itu akan menjumpai semua ciptaan-Nya. Entah hal ini akan dimulai dengan diakibatkan oleh runtuhnya bagian pusat galaksi Bimasakti yang kita huni, atau hancurnya sistem tata surya kita, atau terjadinya bencana / perubahan iklim yang sangat ekstream di bumi ini, atau bahkan.., saat ruh terlepas dari jasad kita masing-masing. Semua hal itu adalah kepastian suatu tingkatan Kiamat yang semakin hari akan semakin mendekati.. Sikap dasar kewarasan kita menginginkan agar setiap manusia dapat lulus menempuh berbagai ujian kehidupan di dunia ini, sehingga semuanya diharapkan layak untuk tinggal menetap di negeri surga. Namun.., mengingat beraneka rupa kekejaman dan bermacam pengalaman buruk dengan berbagai tingkat kekejian yang telah melimpah-ruah dialami oleh bangsa manusia dimasa lalu hingga detik ini, rasanya sulit sekali bagi kita untuk membayangkan bagaimana para penganiaya dan pihak yang terzhalimi bisa saling tersenyum dan sama bergandengan tangan demi menuju gerbang pintu negeri surga yang dipenuhi suasana damai, sejahtera dan sentausa. Terlebih jika kita mengingat kembali apa yang secara haqqul yaqin telah dialami Baginda Rosulullah Muhammad SAW ketika Beliau melakukan perjalanan Mi'raj menuju Sidratul Muntaha. Saat itu Nabi SAW sempat menyaksikan begitu berlimpah-ruahnya bangsa manusia yang terhempas berjatuhan ke lembah neraka dan bagaimana mereka menjalani keadaan yang sangat memilukan di tempat-tempat yang begitu mengenaskan itu... Berkaitan dengan hal inilah, kita akan terus mencoba bercermin kembali kepada runutan peristiwa sejarah di masa lalu, supaya apa yang kita lakukan di masa kini dapat menjadi suatu amalan kerja yang lebih baik dan lebih benar dibandingkan dengan masa sebelumnya. Sehingga.., harapan untuk bisa menikmati hari esok yang penuh bahagia dapat terus bersemayam hidup didalam dada umat manusia. Harapan yang akan terus kita hidupkan ini merupakan cahaya penerang untuk bekal meniti semua ujian kehidupan yang akan kita jumpai di hadapan nanti, baik yang berdampak "menyilaukan" mata fisik maupun yang berpotensi menggelapkan rasionalitas pikiran dan hati-nurani. Sehingga semoga kiranya, kita akan senantiasa dapat memelihara kewarasan jiwa yang mampu mengimbangi dan menerangi setiap proses lajunya rasionalitas pikiran / intelektualitas manusia. Selamat menempuh hari-hari terakhir Ramadan, semoga Yang Maha Mendidik berkenan mencurahkan berkah hidayah dan rahmat karunia yang mampu kita syukuri untuk memperbaiki diri lebih baik lagi... |