MI'RAJ SEBAGAI PUNCAK SIKLUS ALAM SEMESTA
|
|
|
MUKADDIMA FC HOME FC1 FC2 FC3 SC SC1 SC2 stores SC3 SC4 GETPAID TC TC1 TC2 video TC3 TC4 FoC1 FoC2 FoC3
(lanjutan dari forth content)
Sesuai dengan apa yang telah dijabarkan pada pembahasan sebelumnya, kita telah mengetahui bersama bahwa alam semesta yang senantiasa mengalami perkembangan dan perluasan pada batasan-batasan tertentu juga mengalami kehancurannya, hingga menjadi musnah-lenyap dalam keheningan dan kebeningan ruang-angkasa raya....
Kemusnahan batasan alam semesta itu ditandai dengan suatu ledakan raksasa sebagai akibat dari terseretnya seluruh isi dimensi ruang-waktu dengan kecepatan luar-biasa, menuju ke suatu titik dimana segala puncak empirisme akhirnya menyatu dalam satu kemutlakan tunggal. Kita menamakan keadaan menyatunya segala puncak empirisme itu sebagai Al Muntaha / tempat berakhirnya segala sesuatu, yakni suatu kondisi dimana wilayah ruang-waktu semakin mengecil hingga menjadi nol sama-sekali. Yang menyelenggarakan peristiwa itu adalah Zat yang tak terkungkungi oleh ruang dan tak terikat oleh waktu. Dialah Zat Maha Pencipta Yang Maha Halus lagi Maha Kekal.. Ledakan raksasa (Big Bang) pada pusat tenggelamnya gugusan bintang itu (fenomena lanjutan black-holes) merupakan momentum tertutupnya dimensi kekekalan-kemutlakan bagi penghuninya yang baru, sekaligus terbentuknya kembali suatu dimensi ruang-waktu yang bersifat relatif baru. Titik terjadinya ledakan lalu menjadi pusat galaksi, dan energi yang sangat dahsyat diterbangkannya ke segala arah, mulai berotasi membentuk bintang-gemintang yang berserakan di segala penjuru, mengisi relativitas ruang dan mengatur skala waktu. Ledakan yang luar biasa besarnya itu juga mendorong 'tubuh' galaksi tetangganya, hal demikian ini dapat menjelaskan fakta bahwa galaksi kita berpindah-bergeser dari posisi sebelumnya dan mengapa alam semesta semakin meluas dan berkembang dari sebelumnya. Ledakan dahsyat yang menerbangkan dan menabrakkan energi ke segala arah itu akhirnya membentuk kantong-kantong energi baru, mulai dari partikel terkecil sampai atom paling ringan yang kemudian membentuk matahari dan milyaran bintang lainnya.., mulai dari atom yang lebih berat sampai debu-debu ruang angkasa hingga lambat-laun membentuk planet-planet dan benda angkasa lain yang tak terhitung jumlahnya. Bumi sebagai salah-satu planet dari sistem tata surya, diperkirakan telah terbentuk sejak sekitar 4,6 milyar tahun yang lalu. Perkiraan ini didasarkan pada analisa unsur uranium 238 yang meluruh dengan waktu paruh 4.500 juta tahun. Dari hasil analisa empiris ini para geologist melakukan penelitian terhadap berbagai jenis batuan, maka didapatlah bukti bahwa batu tertua yang pernah diteliti disekitar 'Lempeng Kanada' telah mencapai umur 3,5 milyar tahun. Dari banyaknya bukti-bukti fossil yang telah ditemukan itu maka tersusunlah apa yang kita kenal sebagai skala waktu geologis. Dari padanya kita mengetahui bahwa tanda-tanda awal kehidupan di bumi ini telah dimulai sejak 1,5 milyar tahun yang lalu, yakni suatu bentuk kehidupan sejenis mikro-organisma berupa ganggang atau algae. Selama sekitar 900 juta tahun kemudian, selangkah evolusi kehidupan lambat laun mulai tumbuh dengan berkembangnya aneka-rupa hewan kecil yang tak bertulang belakang dan hidup digenangan-genangan air... Mutasi yang terus-menerus terjadi selama ratusan juta tahun lamanya telah melahirkan kehidupan sebentuk ikan-ikan buas, binatang amphibi, serangga, kemudian reptil. Bangsa reptil mencapai puncak kejayaan pada kemunculan dinosaurus yang mulai mendiami bumi sekitar 230 juta tahun lalu. Pertumbuhan mereka telah mencapai klimaks pada periode Cretaceus (135 hingga 63 juta tahun lalu) dimana tiap individunya bisa mencapai tinggi hingga 30 meter, dengan berat mencapai 60 sampai 70 ton /individu. Reptil-reptil raksasa pemakan tanaman (jenis Sauropod) dan pemangsa hewan lain (Tyrannosaurus rex) itu akhirnya musnah ditelan bumi sekitar 63 juta tahun yang lalu. Bobot mereka yang luar bisa membebani muka bumi, beriring dengan pergeseran dan perpindahan daratan yang membelah menjadi beberapa benua selama 200 juta tahun terakhir, membuat kepunahan mereka di masa itu telah menjadi cadangan energi yang sangat besar dan dimanfaatkan ras manusia dalam segala bidang kemajuan. Tongkat evolusi selanjutnya diteruskan oleh bangsa mamalia yang mulai berkembang dan mengalami mutasi alam sejak 63 juta tahun yang lalu, atau bahkan jauh sebelumnya pada periode Permian (280 juta tahun lalu) yakni ketika evolusi amphibi memunculkan sejenis reptil yang menyusui. Namun, perkembangan mamalia barulah mencapai puncak kepesatannya pada era Cenozoic, walaupun di era yang membentang sepanjang 63 juta tahun terakhir ini hanyalah mewakili kurang dari 1% daripada sejarah terbentuknya umur bumi. Pada bagian yang kurang dari 1% inilah, pada periode Quaternary di jaman Pleistocene awal, sekitar 2 juta tahun lalu, ras sejenis manusia yang termasuk species primata diantara sekian banyak golongan mamalia, diperkirakan mulai muncul mendiami bumi. Prilaku dan ciri-ciri phisik mereka masih menyerupai hewan primata lainnya, namun dengan keadaan tubuh yang sudah dapat berdiri tegak dan menjadi terbiasa berjalan dengan kedua kakinya, tingkah-laku mereka pun tidak lagi memanjati dan berayun dari pohon ke pohon. Mereka menjadi terbiasa berlari dan hidup di area terbuka, belajar menangkap mangsa dan memiliki insting untuk mengatur siasat berburu. Bukti yang dapat mewakili jenis ini misalnya adalah Australopithecus Africanus, sejenis manusia kera dengan volume otak sekitar 600 CM3. Ratusan ribu tahun kemudian tahapan evolusi manusia purba mulai nampak maju selangkah dengan kemampuan mereka memanfaatkan api, menggunakan peralatan sederhana, dan kemampuan menghindarkan diri dari bahaya dengan bersembunyi dan menetap di gua-gua sebagai tempat tinggalnya. Volume otak mereka bervariasi sesuai dengan tahapan envolusi yang telah ditempuh, rata-rata berkisar antara 700 hingga 1000 CM3. Mereka hidup dijaman Pleistocene pertengahan sekitar 500 ribu tahun yang lalu. Bukti yang mewakili keberadaan mereka dimasa itu misalnya adalah Pithecanthropus erectus, Homo mojokertensis, dan Sinanthropus pekinensis. Jenis yang disebut terakhir telah mampu membuat senjata dan perkakas yang terbuat dari tulang dan batu. Pada sekitar 150 ribu tahun yang lalu, tingkat kesempurnaan phisik manusia purba sudah hampir menyerupai ras manusia sebagaimana sekarang ini, mereka telah pandai berburu binatang yang lebih besar, sehingga postur tubuhnya terkondisi tegap-tinggi dan kekar. Dengan volume otak rata-rata 1450 CM3 mereka mulai trampil menggunakan segenap anggota tubuh dan pikiran untuk sedikit demi sedikit memajukan pola dan taraf hidupnya. Hewan mamalia yang berlimpah-ruah untuk diburu, beriring dengan keadaan iklim yang semakin dingin, menjadikan manusia purba yang hidup di jaman es itu mulai mengenali pakaian dari kulit binatang berbulu lebat. Lambat-laun pikiran mereka pun mulai berkembang... Salah-satu dari kemampuan yang dimiliki adalah kemahiran mereka dalam memilih jenis kulit dari binatang apa yang dirasa lebih hangat untuk dijadikan bahan pakaian. Beberapa kemajuan semacam ini dapatlah kiranya menjadi faktor pemicu berkembangnya insting menuju kepada suatu kemampuan merasa yang dapat diterjemahkan dengan simbol-simbol atau sebentuk suara / ucapan, dan pada tahap selanjutnya akan mengantarkannya pada sebentuk tingkat keyakinan tertentu. Demikian hal itu berlanjut secara empiris. Pada gilirannya, selama beberapa puluh ribu tahun yang lalu, kelompok manusia purba telah mampu menuangkan keyakinannya dalam bentuk pemujaan dan penyembahan patung-patung berhala yang telah dapat mereka buat sendiri. Pada prinsipnya, apa yang mereka lakukan bertujuan untuk mempertahankan dan menguasai daerah buruan masing-masing, mendominasi berbagai sumber daya bagi kepentingan kelompok masing-masing, dan pada akhirnya berdampak menyesatkan dan membahayakan kelangsungan proses evolusi pada berbagai segi kehidupan mereka sendiri. Oleh karenanya, diutuslah manusia oleh Sang Maha Pencipta dari golongan mereka sendiri, agar dapat dimengerti segala apa yang dikehendaki Tuhan Pencipta terhadap mahluk-Nya... Karena segala pujian dan sembahan yang sebenarnya adalah milik ALLAH Yang Maha Kasih dan Maha Sayang, maka kehadiran Nabi dan Rasul ditengah-tengah kaumnya adalah merupakan rahmat (sumber kasih-sayang) bagi alam disekitarnya. Dalam konteks ini, kehadiran Nuh AS yang pernah hidup hampir 1000 tahun lamanya (..diakhir jaman Pleistocene ?..) ditengah-tengah kaumnya, kiranya telah memberi sangat banyak waktu bagi manusia saat itu untuk menimbang dan memikirkan langkah terbaik apa yang mesti dilakukannya dalam menjalani proses kehidupan yang panjang itu. Sebagaimana telah diketahui, komunitas manusia purba pada jaman Nabi Nuh AS telah bervariasi dalam jumlah kelompoknya, jenis ras, maupun tingkat kemajuan pola hidup. Pemimpin kelompok diantara mereka telah mencapai kemakmuran hidup dan masing-masing memiliki obyek sesembahan sebagai pusat orientasi tiap kelompok suku. Waad, Suwa'a, Yaghuts, Ya'uq, dan Nashr, adalah contoh nama-nama orang yang telah diabadikan sebagai patung-patung sesembahan dari beberapa kelompok manusia purba pada masa itu. Ketika terjadi banjir bah yang besar ombaknya laksana setinggi gunung, sebagian besar kelompok manusia purba dan hewan-hewan buas di jaman itu menjadi musnah binasa. Fossil-fossil hewan maupun manusia purba yang banyak ditemukan oleh para arkheolog telah diabadikan di berbagai museum besar dunia yang tersebar di Rusia, Eropa, maupun Amerika. Tongkat estafet proses evolusi selanjutnya diteruskan oleh Nabi Nuh / Noah AS beserta segelintir manusia dan berpasang-pasang hewan yang terangkut dalam bahtera besar itu... Zaman pun berlalu, iklimnya pun berganti dengan mulai terjadinya perubahan musim secara besar-besaran di berbagai penjuru bumi.... Perjalanan evolusi selanjutnya melahirkan kelompok-kelompok suku bangsa yang memiliki kebudayan maju, satu diantaranya adalah kaum 'Aad purbakala yang pernah hidup di daerah pegunungan dekat Hadhramaut, suatu negeri yang sejuk terletak di sekitar Yaman. Kesempurnaan phisik dan karya cipta mereka telah mengantarkan ras manusia jenis ini mencapai puncak kecongkakan dan kesewenangan yang sangat luar-biasa, hingga akhirnya dimusnahkan Tuhan Yang Maha Perkasa. Kemudian bangsa Tsamud yang pernah tinggal di negeri Al Hijr.., rupanya tahapan evolusi yang mereka tempuh telah mengantarkannya pada suatu kemampuan berargumentasi secara meyakinkan. Mereka telah sampai pada suatu tingkat pemikiran yang menjelaskan ketidak-beradaan hubungan antara bencana yang menimpa ras manusia di satu-sisi dengan Keperkasaan Tuhan yang mengutus Nabi-Nya. Mereka pun mengalami kepunahan sebagaimana bangsa 'Aad. |
|
Nabi Ibrahim AS telah membimbing ras manusia sampai pada tahapan evolusi dimana mereka akhirnya mengerti akan hakikat keberadaan Tuhan Yang Maha Tunggal. Dengan rasionalitas intelektual yang senantiasa terus berkembang dan suara hati nurani / spiritual yang semakin jernih dan dalam, ia amati / teliti segala fenomena alam yang ada disekitarnya. Hingga, sampailah Ibrahim AS pada ketinggian logika rasional yang pernah dicapai ras manusia, sekaligus pencapaian terdalam dari logika nuraninya.
Pendirian kembali batu hitam Ka'bah sebagai pusat berthawaf menunjukkan keberhasilannya membangun sendi-sendi peribadatan ras manusia di bumi sesuai dengan fitrahnya, sebagaimana bumi dan ruang-angkasa beserta isinya secara teratur bertasbih memuji Tuhan Maha Pencipta dengan cara berputar mengelilingi pusat galaksi yang agak kehitaman/ fenomena black-holes. Air zam-zam yang selalu mengalir dan penyembelihan ternak qurban sebagai peringatan terhadap ujian Tuhan bagi Ibrahim AS beserta Ismail AS, ketiga hal itu merupakan sarana jitu untuk mendidik kasih-sayang sesama ras manusia, mengajarkan keadilan untuk saling berbagi kesejahteraan, memupuk persaudaraan semua bangsa, dan menyatukan semua ras dan budaya dalam satu tujuan universal yaitu menegakkan dan meninggikan Kalimat Tuhan Semesta Alam, ALLAH SWT.
Dengan demikian dapat dikatakan, Ibrahim AS telah membebaskan manusia dari faktor-faktor perusak kebijakan evolusi manusia seperti kesesatan, kebodohan, kesalah-mengertian mengenai keberadaan Tuhan Maha Besar. Demikian hal itu dikehendaki Zat Maha Tunggal agar ras manusia sebagai salah-satu ciptaan-Nya dapat terbebas dari faktor perusak kebijakan evolusi dalam bentuk lain seperti, kezaliman, keserakahan, tirani, dan lain sebagainya.
Berbagai tahapan evolusi yang ditempuh ras manusia pada masa selanjutnya, bahkan hingga kini dan nanti, telah dan akan terus melahirkan bermacam kemajuan dan meningkatkan peradaban. Manakala perkembangan itu telah sampai pada tingkat yang membahayakan kelestarian ras manusia, maka demi terpeliharanya jalur panjang rel evolusi / Shiraath Al Mustaqiim yang telah ditetapkan Sang Maha Pencipta, maka diutuslah Para Nabi dan Rasul diantara ras manusia. Mereka dikaruniai kemampuan yang dapat menandingi dan mengalahkan faktor-faktor perusak kebijakan evolusi yang terjadi dimasanya. Justru akibat mukjijat yang dimiliki oleh Para Nabi dan Rasul itulah yang menjadi faktor pendorong atau sebagai sebab terjadinya peningkatan peradaban pada masa-masa selanjutnya
|
Jadi dapat dikatakan bahwa, kehadiran Para Nabi dan Rasul dengan berbagai macam mukjijat yang dihadirkan pada semua kurun evolusi ras manusia, memiliki peran yang sangat penting dalam memelihara sekaligus mengarahkan proses evolusi ras manusia agar tetap berada pada jalan yang lurus, yaitu jalan ALLAH yang memiliki segala yang ada di segenap alam semesta ini QS.42:53. Ditegaskan pada bagian akhir dari Ayat ini, bahwasanya kepada ALLAH lah akan kembali semua kasus dan persoalan. Tentunya..., termasuk juga proses evolusi yang terjadi pada ras manusia.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka peristiwa Mi'raj yang dialami Nabi Muhammad SAW merupakan suatu rangkuman dari keseluruhan peristiwa yang terjadi, sejak mula pertama terciptanya alam semesta ini hingga sampai pada batas akhir kemusnahannya, yakni menuju kepada Sang Maha Kuasa. Dari peristiwa Mi'raj ini pun kita akhirnya mengetahui bagaimana sejarah dan persoalan yang dialami Para Nabi dan Rasul terdahulu sebelum Baginda Nabi SAW. Dari peristiwa Mi'raj itu kita juga memperoleh gambaran tentang bagaimana keadaan yang akan dialami semua bangsa manusia manakala segala bentuk relatifitas telah menjadi musnah-binasa. Bahkan.., melalui perjalanan Mi'raj inipun, kita dapat menyusun suatu kerangka teori yang dapat menjembatani logika rasional sekaligus kewarasan nurani kita. Yakni.., adanya suatu hubungan yang kuat antara rasionalitas empiris pada cara kerja alam semesta raya dengan spiritualitas absolut pada tata cara ibadah kita. Namun begitu, yang akan selalu lebih aktual dari semuanya itu adalah, bahwa ras manusia dengan segala ketinggian rasionalitas pikiran dan kemajuan peradaban yang akan dicapainya kelak, senantiasa berusaha meningkatkan kemampuannya untuk mengelola segala isi ruang-angkasa dan bumi... Istilah bumi dan ruang-angkasa untuk masa 100 atau 500 tahun mendatang bisa jadi digunakan untuk planet Mars, atau planet-planet lain diluar sistem tata-surya kita sekarang ini. Atau barangkali, masyarakat umum dimasa nanti akan dapat menyinggahi planet-planet dan melakukan perjalanan ruang-angkasa secara lebih leluasa seperti umumnya sistem transportasi yang semakin maju sekarang ini. Akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang terus meningkat sepanjang waktu, beberapa kemungkinan tersebut akan terjadi pada kurun evolusi ras manusia dimasa-masa yang akan datang. QS.55:33. QS.42:29.. Apalagi saat ini telah dirancang suatu terminal pengolahan energi matahari yang akan dibangun di bulan. Mungkin, rancangan ini akan dapat diaplikasikan sekitar 20 atau 50 tahun kedepan. Nampaknya.., peristiwa Mi'raj yang mengantarkan Nabi Muhammad SAW ke pusat alam semesta (langit tertinggi) untuk kemudian menuju ke tempat akhir segala sesuatu (Sidratul Muntaha) merupakan puncak dari suatu siklus alam semesta yang pernah dialami oleh satu-satunya mahluk yang pernah berhadapan langsung dengan Sang Maha Pencipta segala sesuatu. Lalu..., apakah siklus alam semesta itu ? Suatu siklus alam semesta dapat memuat makna, bahwa sejak terbentuknya suatu batasan alam semesta sampai berkembang dan meluasnya hingga akhirnya menyusut, lalu mengalami kemusnahannya, semua proses kejadian itu akan terus berulang sesuai dengan aturan yang telah dikehendaki-Nya. Sesuai dengan janji-Nya yang pasti terjadi, bahwa setiap kemusnahan relatifitas ruang-waktu dengan segala macam isinya akan diganti dengan kemutlakan sepanjang waktu yang senantiasa abadi, yang secara hakiki memisahkan antara kebahagiaan dengan kesengsaraan, kesejahteraan dengan keterhinaan, antara kemenangan hidup abadi dengan derita menyakitkan yang tiada hidup dan tidak pula mati. Pemisahan secara hakiki ini dapat kita sebut dengan adanya suatu eksistensi surga dan neraka, sebagai suatu eksistensi yang tidak didasarkan pada imajinasi ras manusia, melainkan hal demikian adalah sebagai suatu akibat / konsekuensi logis dari fenomena siklus suatu alam semesta itu sendiri. QS.11:105-108. QS.21:104. Maka, puncak dari siklus alam semesta dapat mengandung arti, bahwa segala peristiwa pada masa lalu dan di masa mendatang telah termaknai dalam suatu peristiwa yang mampu menjabarkan secara global, atau merangkum makna dari semua kasus dan persoalan yang telah dan akan terjadi di alam semesta ini. Puncak dari siklus alam semesta yang dialami oleh satu-satunya mahluk terbaik yang pernah hidup dibumi ketika Muhammad SAW menjalani Mi'rajnya, telah memberi makna kepada kita bahwa sejak terbentuknya alam semesta ini, lalu tumbuh dan berkembangnya, hingga akhirnya akan menemui kehancurannmya, semua itu diciptakan Tuhan untuk suatu maksud dan tujuan dan sama sekali bukan terjadi begitu saja atau untuk kesia-siaan belaka.QS21:16-20. Ketika Baginda Nabi SAW diperjalankan menembus ke ruang-angkasa dengan kecepatan melebihi kecepatan cahaya QS.37:10.., ketika Beliau SAW berkesempatan melihat lembah neraka dengan berbagai tingkatannya.., dan ketika akhirnya melesat ke pusat alam-semesta dan diperlihatkan negeri surga kepadanya.., demikian pula manakala sampai ke Sidratul-Muntaha (suatu 'tempat' dimana segala sesuatunya telah berakhir dan tiada apapun bisa ditemuinya lagi).. maka dihadapkanlah Baginda Nabi SAW kehadirat Zat Maha Suci, Zat Pencipta Yang Maha Agung.., dari-Nya segala sesuatu berasal dan kepada-Nya segala sesuatunya akan kembali... Peristiwa Mi'raj tentu memberi makna luar-biasa bagi pengertian kita mengenai siklus kerja alam semesta. Karena Muhammad SAW adalah satu-satunya saksi hidup yang dikehendaki ALLAH SWT untuk mengetahui dan mengalami keseluruhan prosesi kerja alam semesta, maka sebagaimana telah disinggung sebelumnya, perintah sholat yang Beliau SAW terima langsung dari Sang Maha Pencipta ketika Mi'raj itu, dapat kita maknai pula sebagai wujud pengakuan utama terhadap esensi kerja alam semesta raya. Sekedar sebagai catatan tambahan, kita mengetahui bahwa aktifitas sholat yang dilakukan manusia di bumi ini nyatanya tidak pernah berhenti sedetikpun. Dari segala penjuru bumi semua aktifitas sholat diarahkan kepada satu titik tujuan dan terus-menerus terjadi sepanjang waktu. Hal ini mengingat bahwa setiap jengkal rotasi bumi yang terjadi berarti menunjukkan waktu sholat telah berlaku ditempat itu........ Selama bumi masih terus berputar maka sholat pun masih terus ditegakkan, dimanapun, kapanpun, dan bagaimanapun caranya. Bahkan, berthawafnya manusia mengelilingi Ka'bah dengan bergerak berlawanan arah jarum jam dapat mengingatkan pada bergeraknya miliaran bintang-bintang mengitari pusat galaksi... |
|
|
|
Sekedar sebagai catatan tambahan, kita mengetahui bahwa aktifitas sholat yang dilakukan manusia di bumi ini nyatanya tidak pernah berhenti sedetikpun. Dari segala penjuru bumi semua aktifitas sholat diarahkan kepada satu titik tujuan dan terus-menerus terjadi sepanjang waktu. Hal ini mengingat bahwa setiap jengkal rotasi bumi yang terjadi berarti menunjukkan waktu sholat telah berlaku ditempat itu. Selama bumi masih terus berputar maka sholat pun masih terus ditegakkan, dimanapun, kapanpun, dan bagaimanapun caranya. Bahkan, berthawafnya manusia mengelilingi Ka'bah dengan bergerak berlawanan arah jarum jam dapat mengingatkan pada bergeraknya miliaran bintang-bintang mengitari pusat galaksi...
Dalam hal ini kita telah sampai pada kenyataan adanya suatu hubungan yang erat antara rasionalitas empiris pada cara kerja alam semesta dengan dimensi spiritualitas absolut pada cara beribadah kita, dimana perintah sholat adalah perkara penting yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Mengerjakan perintah sholat berarti mengakui siklus kerja alam semesta raya, termasuk eksistensi surga dan neraka yang akan dijumpainya.
Sebagai suatu mukjijat yang begitu besar, peristiwa mi'raj yang dialami Nabi SAW merupakan bukti bahwa tidak akan ada lagi nabi-nabi lain yang diutus setelah Beliau SAW, karena tidak akan pernah ada lagi mukjijat yang diturunkan ALLAH SWT melebihi peristiwa Mi'raj Nabi SAW tersebut QS.53:18.
Sebagaimana diketahui, bahwa setiap mukjijat yang diturunkan kepada Para Nabi tersebut umumnya 'disesuaikan' dengan tingkat/laju perkembangan umat manusia pada jamannya. Dengan kata lain, mukjijat bersifat 'evolusioner' ditinjau dari segi kesesuaian dengan 'trend' kemajuan jaman yang bersangkutan, walaupun tentunya.., mukjijat selalu dihadirkan Tuhan dalam bentuk yang sangat spektakuler dan revolusioner. Hal demikian merupakan sarana Tuhan untuk menstimulasi kemajuan ras manusia QS.53:18.
Berkenaan dengan hal tersebut maka menjadi logis bilamana Muhammad SAW merupakan Nabi dan Rasul terakhir yang menjadi penutup dan penyempurna tugas Para Nabi dan Rasul yang telah diutus sebelumnya QS.33:40. Meskipun..., peristiwa Mi'raj ini akan selalu menjadi faktor pendorong bagi ras manusia untuk senantiasa meningkatkan mutu peradabannya.
Dengan berbagai kemajuan sains dan teknologi yang akan terus dicapai, ras manusia akan selalu terpacu untuk berusaha membuktikan kebenaran mukjijat Mi'raj yang dialami oleh Nabi SAW tersebut. Karena peristiwa mi'raj merupakan mukjijat terbesar yang pernah dialami ras manusia, maka tidak akan ada peristiwa lain yang dapat melebihi kedahsyatannya melainkan peristiwa Hari Kiamat itu sendiri. Justru melalui peristiwa Hari Kiamat itulah segala apa yang pernah disaksikan Nabi SAW dapat dibuktikan secara pasti kebenarannya, tak ada satu apapun dapat menyangkal atau terlepas dari suatu hari dimana segala puncak empirisme dan relatifitas menjadi satu.
Peningkatan peradaban akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan, sains dan teknologi dalam segala bidang empirisme.., akan terus membawa ras manusia sehingga sampai pada puncak kehancuran alam semesta beserta seluruh isinya. Meskipun pada masa nanti barangkali pesawat komersial antar planet dan satelite atau bahkan pesawat penjelajah antar bintang sudah menjadi sarana untuk kepentingan umum yang lumrah.., namun dapat dipastikan (sekurangnya hingga 50 tahun mendatang) tidak akan ada satu pesawat ruang-angkasa model mana pun yang dapat meloloskan diri dari kedahsyatan Hari Kiamat. Andaikan.., ada suatu jenis pesawat di masa itu yang memiliki kecepatan diatas cepat rambat cahaya, lalu mencoba escape menuju galaksi lain, maka pesawat itu akan membutuhkan waktu sangat lama untuk menyeberangi Bimasakti yang luasnya 10.000 juta tahun cahaya.
Dari beberapa pengertian tersebut dapatlah kita pertegas kembali bahwa, Mi'raj merupakan konsekuensi logis dari prosesi siklus alam semesta yang sarat memuat kebijakan evolusi terhadap perkembangan kemajuan ras manusia dan alam semesta. Sosok Muhammad SAW sebagai satu-satunya pelaku utama peristiwa Mi'raj yang pernah dihadirkan Sang Maha pencipta ke dunia ini, kiranya dapat dan bahkan perlu senantiasa dijadikan teladan bagi semua ras manusia, agar proses evolusi dapat terus berlanjut ke suatu tingkat kemajuan yang semakin tinggi. Makin tinggi kemajuan dan tingkat peradaban yang akan dicapai ras manusia, maka akan semakin tak terhingga pula kenikmatan surga yang telah dipersiapkan Tuhan Maha Pencipta bagi para ahli warisnya.
Demikianlah, kenikmatan yang sesungguhnya dalam Negeri Surga dan berbagai penderitaan di Lembah Neraka hanya akan dijumpai setelah Hari Kiamat terjadi, sebagai mana Kiamat hanya akan terwujud bila sudah tidak ada lagi manusia yang mendirikan sholat.., sebagaimana sholat itu dapat kita lakukan karena Muhammad SAW mengalami peristiwa Mi'raj.., dan peristiwa Mi'raj merupakan bukti dari ketauhidan Ibrahim AS dalam usahanya mengenali Zat Tuhan Yang Maha Besar dan Tunggal.., sebagaimana Ibrahim AS merupakan keturunan Nuh AS yang juga mentauhidkan Tuhan.., dan mereka semua adalah anak-cucu keturunan Adam AS... Yang hendak disampaikan dalam menutup bab ini adalah sebuah Hadits yang terjemahannya berbunyi sebagai berikut :
Dari Umar RA berkata : Rasulullah SAW bersabda.. Ketika Adam AS berbuat suatu dosa maka Beliau mengangkat kepalanya ke langit dan berkata " Saya mohon kepada Engkau dengan perantaraan Muhammad SAW.., ampunilah Saya". Maka.., ALLAH mewahyukan kepadanya, "Siapakah Muhammad...?" . Adam AS menjawab " Maha berkah nama-MU.., ketika Engkau menciptakan Saya.., Saya melihat ada tulisan Laa ilaaha illaallaah Muhammadur Rasulullah, maka Saya telah mengetahui bahwa ia adalah seorang yang derajatnya tiada seorang pun yang menandinginya.., sehingga Engkau letakkan namanya berdampingan dengan nama-MU.." Lalu.., ALLAH mewahyukan kepadanya, "Wahai Adam, sesungguhnya dia adalah Nabi terakhir dari keturunanmu..., sekiranya bukan karena dia, maka AKU tidak akan menciptakan engkau"... HR. Tabrani, Hakim, Abu Nu'aim, dan Baihaqi.
Sebagian dari isi Hadits tersebut menerangkan bahwa nama Muhammad SAW telah ada sebelum bapak-moyang ras manusia moderen diciptakan ALLAH SWT. Dikatakan pula bahwa derajatnya sebagai suatu mahluk tidak ada seorang pun yang mampu menandinginya. Ini menunjukkan bahwa nama Muhammad SAW sebagai suatu identitas terbaik dari suatu mahluk, ternyata telah dipersiapkan Sang Maha Pencipta jauh-jauh hari sebelum adanya ras manusia.
Manakala sosok Muhammad SAW akhirnya dihadirkan secara empiris ke dunia ini, maka sesuai dengan kebijakan AL Khalik yang memproses semua ciptaannya secara evolutif QS.71:14. QS.84:19... keberadaan Nabi SAW secara phisik sekitar abad ke VI lalu merupakan puncak dari proses perjalanan evolusi yang panjang dari suatu ras bangsa manusia di muka bumi ini. Terlebih lagi jika dihubungkan dengan makna empiris dari peristiwa Mi'raj yang Baginda Nabi SAW alami, sebagaimana yang sudah panjang-lebar kita jabarkan sebelumnya.
Maka tidak berlebihan kiranya, bilamana sebagian besar ras manusia hingga akhir jaman senantiasa berusaha mengikuti, mengamalkan, dan menggali ajaran-ajaran yang telah Beliau SAW wariskan kepada ras manusia yakni berupa AlQur'an dan As Sunnah, dan Ahli Keluarganya. Usaha demikian kiranya perlu untuk terus-menerus diupayakan keberlangsungan harmonisasinya, mengingat bahwa kelangsungan proses evolusi ras manusia dan kelestarian hidup segenap mahluk di alam semesta ini akan tergantung sepenuhnya pada sejauh mana pemanfaatan warisan dari Nabi SAW dapat teraplikasi dalam kehidupan ras manusia.., mengingat bahwa, terminal akhir dari proses evolusi alam semesta raya hanya akan dapat dinikmati bila ras manusia dapat tetap berpegang teguh padanya QS.3:85.
_________oooOOOooo_______
Dalam hal ini kita telah sampai pada kenyataan adanya suatu hubungan yang erat antara rasionalitas empiris pada cara kerja alam semesta dengan dimensi spiritualitas absolut pada cara beribadah kita, dimana perintah sholat adalah perkara penting yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Mengerjakan perintah sholat berarti mengakui siklus kerja alam semesta raya, termasuk eksistensi surga dan neraka yang akan dijumpainya.
Sebagai suatu mukjijat yang begitu besar, peristiwa mi'raj yang dialami Nabi SAW merupakan bukti bahwa tidak akan ada lagi nabi-nabi lain yang diutus setelah Beliau SAW, karena tidak akan pernah ada lagi mukjijat yang diturunkan ALLAH SWT melebihi peristiwa Mi'raj Nabi SAW tersebut QS.53:18.
Sebagaimana diketahui, bahwa setiap mukjijat yang diturunkan kepada Para Nabi tersebut umumnya 'disesuaikan' dengan tingkat/laju perkembangan umat manusia pada jamannya. Dengan kata lain, mukjijat bersifat 'evolusioner' ditinjau dari segi kesesuaian dengan 'trend' kemajuan jaman yang bersangkutan, walaupun tentunya.., mukjijat selalu dihadirkan Tuhan dalam bentuk yang sangat spektakuler dan revolusioner. Hal demikian merupakan sarana Tuhan untuk menstimulasi kemajuan ras manusia QS.53:18.
Berkenaan dengan hal tersebut maka menjadi logis bilamana Muhammad SAW merupakan Nabi dan Rasul terakhir yang menjadi penutup dan penyempurna tugas Para Nabi dan Rasul yang telah diutus sebelumnya QS.33:40. Meskipun..., peristiwa Mi'raj ini akan selalu menjadi faktor pendorong bagi ras manusia untuk senantiasa meningkatkan mutu peradabannya.
Dengan berbagai kemajuan sains dan teknologi yang akan terus dicapai, ras manusia akan selalu terpacu untuk berusaha membuktikan kebenaran mukjijat Mi'raj yang dialami oleh Nabi SAW tersebut. Karena peristiwa mi'raj merupakan mukjijat terbesar yang pernah dialami ras manusia, maka tidak akan ada peristiwa lain yang dapat melebihi kedahsyatannya melainkan peristiwa Hari Kiamat itu sendiri. Justru melalui peristiwa Hari Kiamat itulah segala apa yang pernah disaksikan Nabi SAW dapat dibuktikan secara pasti kebenarannya, tak ada satu apapun dapat menyangkal atau terlepas dari suatu hari dimana segala puncak empirisme dan relatifitas menjadi satu.
Peningkatan peradaban akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan, sains dan teknologi dalam segala bidang empirisme.., akan terus membawa ras manusia sehingga sampai pada puncak kehancuran alam semesta beserta seluruh isinya. Meskipun pada masa nanti barangkali pesawat komersial antar planet dan satelite atau bahkan pesawat penjelajah antar bintang sudah menjadi sarana untuk kepentingan umum yang lumrah.., namun dapat dipastikan (sekurangnya hingga 50 tahun mendatang) tidak akan ada satu pesawat ruang-angkasa model mana pun yang dapat meloloskan diri dari kedahsyatan Hari Kiamat. Andaikan.., ada suatu jenis pesawat di masa itu yang memiliki kecepatan diatas cepat rambat cahaya, lalu mencoba escape menuju galaksi lain, maka pesawat itu akan membutuhkan waktu sangat lama untuk menyeberangi Bimasakti yang luasnya 10.000 juta tahun cahaya.
Dari beberapa pengertian tersebut dapatlah kita pertegas kembali bahwa, Mi'raj merupakan konsekuensi logis dari prosesi siklus alam semesta yang sarat memuat kebijakan evolusi terhadap perkembangan kemajuan ras manusia dan alam semesta. Sosok Muhammad SAW sebagai satu-satunya pelaku utama peristiwa Mi'raj yang pernah dihadirkan Sang Maha pencipta ke dunia ini, kiranya dapat dan bahkan perlu senantiasa dijadikan teladan bagi semua ras manusia, agar proses evolusi dapat terus berlanjut ke suatu tingkat kemajuan yang semakin tinggi. Makin tinggi kemajuan dan tingkat peradaban yang akan dicapai ras manusia, maka akan semakin tak terhingga pula kenikmatan surga yang telah dipersiapkan Tuhan Maha Pencipta bagi para ahli warisnya.
Demikianlah, kenikmatan yang sesungguhnya dalam Negeri Surga dan berbagai penderitaan di Lembah Neraka hanya akan dijumpai setelah Hari Kiamat terjadi, sebagai mana Kiamat hanya akan terwujud bila sudah tidak ada lagi manusia yang mendirikan sholat.., sebagaimana sholat itu dapat kita lakukan karena Muhammad SAW mengalami peristiwa Mi'raj.., dan peristiwa Mi'raj merupakan bukti dari ketauhidan Ibrahim AS dalam usahanya mengenali Zat Tuhan Yang Maha Besar dan Tunggal.., sebagaimana Ibrahim AS merupakan keturunan Nuh AS yang juga mentauhidkan Tuhan.., dan mereka semua adalah anak-cucu keturunan Adam AS... Yang hendak disampaikan dalam menutup bab ini adalah sebuah Hadits yang terjemahannya berbunyi sebagai berikut :
Dari Umar RA berkata : Rasulullah SAW bersabda.. Ketika Adam AS berbuat suatu dosa maka Beliau mengangkat kepalanya ke langit dan berkata " Saya mohon kepada Engkau dengan perantaraan Muhammad SAW.., ampunilah Saya". Maka.., ALLAH mewahyukan kepadanya, "Siapakah Muhammad...?" . Adam AS menjawab " Maha berkah nama-MU.., ketika Engkau menciptakan Saya.., Saya melihat ada tulisan Laa ilaaha illaallaah Muhammadur Rasulullah, maka Saya telah mengetahui bahwa ia adalah seorang yang derajatnya tiada seorang pun yang menandinginya.., sehingga Engkau letakkan namanya berdampingan dengan nama-MU.." Lalu.., ALLAH mewahyukan kepadanya, "Wahai Adam, sesungguhnya dia adalah Nabi terakhir dari keturunanmu..., sekiranya bukan karena dia, maka AKU tidak akan menciptakan engkau"... HR. Tabrani, Hakim, Abu Nu'aim, dan Baihaqi.
Sebagian dari isi Hadits tersebut menerangkan bahwa nama Muhammad SAW telah ada sebelum bapak-moyang ras manusia moderen diciptakan ALLAH SWT. Dikatakan pula bahwa derajatnya sebagai suatu mahluk tidak ada seorang pun yang mampu menandinginya. Ini menunjukkan bahwa nama Muhammad SAW sebagai suatu identitas terbaik dari suatu mahluk, ternyata telah dipersiapkan Sang Maha Pencipta jauh-jauh hari sebelum adanya ras manusia.
Manakala sosok Muhammad SAW akhirnya dihadirkan secara empiris ke dunia ini, maka sesuai dengan kebijakan AL Khalik yang memproses semua ciptaannya secara evolutif QS.71:14. QS.84:19... keberadaan Nabi SAW secara phisik sekitar abad ke VI lalu merupakan puncak dari proses perjalanan evolusi yang panjang dari suatu ras bangsa manusia di muka bumi ini. Terlebih lagi jika dihubungkan dengan makna empiris dari peristiwa Mi'raj yang Baginda Nabi SAW alami, sebagaimana yang sudah panjang-lebar kita jabarkan sebelumnya.
Maka tidak berlebihan kiranya, bilamana sebagian besar ras manusia hingga akhir jaman senantiasa berusaha mengikuti, mengamalkan, dan menggali ajaran-ajaran yang telah Beliau SAW wariskan kepada ras manusia yakni berupa AlQur'an dan As Sunnah, dan Ahli Keluarganya. Usaha demikian kiranya perlu untuk terus-menerus diupayakan keberlangsungan harmonisasinya, mengingat bahwa kelangsungan proses evolusi ras manusia dan kelestarian hidup segenap mahluk di alam semesta ini akan tergantung sepenuhnya pada sejauh mana pemanfaatan warisan dari Nabi SAW dapat teraplikasi dalam kehidupan ras manusia.., mengingat bahwa, terminal akhir dari proses evolusi alam semesta raya hanya akan dapat dinikmati bila ras manusia dapat tetap berpegang teguh padanya QS.3:85.
_________oooOOOooo_______