MUKADDIMA, MAKSUD DAN TUJUAN PENULISAN
Apa yang hendak disampaikan dalam mengawali bab ini pertama kali adalah mohon kekuatan dan perlindungan kepada Allah SWT, Zat Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, Agar kita senantiasa terpelihara dari segala bentuk egoisme diri, egoisme Lingkungan maupun keangkuhan Schichten dan arogansi golongan yang semua itu diakibatkan oleh hawa Nafsu buruk
dari godaan syaitan yang terkutuk.
Beriring dengan sholawat atas Baginda Yang Mulia Muhammad Shalallaahu alaihi Wasallam beserta segenap ahli keluarga dan keturunannya yang disucikan Tuhan, kita sampaikan salam Sejahtera-Bahagia dan penghormatan yang setingginya bagi Para Nabi dan Rosul sebelumnya yang telah berjuang habis -habisan dalam berupaya melestarikan dan memuliakan nilai-nilai Luhur kemanusiaan di muka bumi ini demi bertujuan untuk meninggikan
Kalimat Tuhan Sang Pencipta seluruh Alam.
Semoga Semakin berbahagialah bagi Siapa saja yang bersedia meneruskan Perjuangan Para Nabi dan Rosul dimanapun mereka berada hingga akhir masa. Amiin Ya Robbal 'Aalamiin.
Isi bab ini menjelaskan tentang keseluruhan isi bahasan Secara ringkas dalam kaitannya antara sub bab yang satu dengan sub bab lainnya, dan juga mencoba mempertegas Maksud dan tujuan penulisan buku ini menurut jangkauan Sudut pandang penulis yang begitu Terbatas. Karenanya, bilamana ada terdapat topik bahasan yang terkesan begitu Ringan atau bahkan melebar, mohon Kiranya dapat dipersepsi sebagai alat-bantu untuk memperjelas permasalahan yang tengah dikemukakan.
Sesungguhnya .., sesuai dengan tingkat pemahaman Saya saat ini .., pemicu utama yang melandasi penulisan semua bahasan ini adalah sepenggal ayat didalam AlQur'an yang terjemahannya Lebih-Kurang berbunyi:
" Maka .. Aku bersumpah dengan tempat beredar / tenggelamnya gugusan Bintang sungguh itu adalah Sumpah yang dahsyat Andai kamu tahu mengenai hal ... ITU, Sesungguhnya itu adalah AlQur 'ein Yang Mulia ..., didalam Kitab yang dipelihara dengan baik, Tiada yang menyentuhnya kecuali Orang-orang yang disucikan .. " QS.56 :75-79 / Al Waqi'ah
Mengingat betapa luas dan begitu dalamnya Makna yang terkandung pada ayat tersebut, sehingga Nampak Mustahil dapat menyelami apalagi sampai ke dasar-dasar pengertiannya, maka cukuplah Kiranya bagi penulis untuk berusaha sekuat mungkin memperjelas kerangka pengertiannya saja, walaupun hal ini belum pula dapat dikatakan sebagai suatu kerangka pengertian yang telah dianggap Sempurna.
Berangkat dari tekad ini maka kerangka pengertian utama yang dibangun adalah berdasarkan kepada semacam postulasi, bahwa pusat dari tempat beredarnya gugusan-Sterne-yang-Sterne sekaligus juga akan merupakan pusat runtuh -tenggelamnya segenap Material alam raya ITU adalah merupakan suatu Dynamik awal yang Kelak sekaligus juga akan sebagai Dynamik akhir dari Perjalanan suatu Batasan alam Semesta. Bentuk postulasi semacam ini dikemukakan untuk melukiskan betapa hebat dan dahsyatnya Sumpah yang telah 'diucapkan' Tuhan Sang Maha Pencipta bagi seluruh isi alam jagat raya ini.
Berdasarkan kepada kerangka pengertian tersebut, maka Konteks AlQur'an yang telah disebutkan dalam penggalan Ayat diatas tersebut "dianggap" memuat Makna dari keseluruhan Proses penciptaan suatu alam raya, Sejak dimulai dari awal penciptaannya, dilanjutkan dengan prosesi tumbuh dan berkembangnya, hingga batas akhir dari kemusnahannya.
Konsekuensi terhadap pembahasan ini adalah, terdapat adanya cukup banyak Ayat AlQur'an yang dipergunakan sebagai sumber Informasi , namun Kadang-kala dengan mengesampingkan faktor dari asbab-asbab nuzulnya / sejarah turunnya ayat. Metode yang diterapkan dalam pembahasan ini hanyalah sebatas membandingkan berbagai ayat yang sejenis antara thema dan muatan maknanya, untuk mendapatkan beberapa pengertian Secara kontekstual, kemudian menghubungkannya dengan fakta-fakta Empiris yang telah terjadi dan telah ditemukan keberadaannya Secara eksplisit dan terjadi nyata di alam ini.
Karenanya ... , bagi beberapa pihak yang merasa keberatan terhadap metode penyajian atau bahkan terhadap keseluruhan isi buku ini mohon Kiranya berlapang dada menyikapinya. Bagaimanapun juga, upaya ini tidak dimaksudkan untuk menafsirkan isi dari Al Qur'an karena penulis tidak memiliki kapabilitas yang memadai untuk tujuan ITU melainkan sekadar untuk mengajak sesama umat Manusia Agar mau Lebih bersemangat dalam berinteraksi Secara Lebih fair, proporsional, Lebih intensif dan pro- aktif, serta Saling memotivasi untuk Lebih aplikatif dengannya.
Tulisan ini secara garis besar terdiri atas dua bab pokok bahasan, bab ketiga dapat disebut sebagai paparan umum dan bab kelima memaparkan proses penciptaan secara khusus dan lebih mendetail. Bab keempat sebagaimana tertera dalam judulnya.., adalah merupakan suatu rajutan point-point penting yang terdapat dalam bab tiga dan bab lima.
Paparan yang bersifat umum dalam bab tiga dimulai dengan pembahasan soal yakin dan keyakinan, bahwa berbagai corak-ragam keyakinan yang terjadi dalam diri ras manusia nyatanya bersifat relatif, karenanya dapat ditelaah secara empiris.... Namun terdapat juga puncak-puncak keyakinan, yang mampu mengantarkannya sampai pada satu keyakinan tertinggi, atau keyakinan mutlak / absolut. Dengan kalimat lain, jenis keyakinan tertinggi itu disebut sebagai Haqqul Yaqin. Dalam hal ini, dicontohkan sekelumit mengenai perjalanan hidup yang pernah ditempuh oleh seorang bangsa manusia hingga mampu menyampaikannya pada suatu tingkat keyakinan yang tertinggi dan paling sempurna. Sehingga.., pada suatu ketika sampailah seseorang itu pada suatu tingkat kemampuan tertinggi untuk menjembatani berbagai macam hal yang bersifat relatif-empiristis dengan segala sesuatu yang bersifat mutlak-absolut. Melalui kerangka pengertian inilah, maka hampir semua topik yang dikemukakan di ruang ini mengalami pembahasan baik secara rasional, ilmiah-empiristis maupun juga secara metempiris/metaphisik atau yang bersifat transendental, yakni yang secara umum bersifat mutlak-absolut. Namun begitu, istilah pseudo ilmiah tidak digunakan dalam kaitan ini, walaupun sebagian orang tentu masih ada yang akan mengira demikian.... Sebagaimana diketahui pseudo ilmiah lebih cenderung untuk 'mengilmiahkan' hal yang bersifat absurd, sehingga seolah terkesan ada unsur pemaksaan suatu kesimpulan terhadap pengelolaan data yang terdapat daripadanya. Namun ada ruang yang nampaknya lebih terang daripada pseudo ilmiah yakni postulasi, yang mampu memberi banyak ruang dan kesempatan bagi ilmu pengetahuan untuk berkembang meningkatkan proses kemajuannya... Salah satu diantaranya adalah dengan cara menstimulasi gagasan-gagasan baru berdasarkan data atau informasi yang telah tersedia sebelumnya. Jadi.., apakah data atau informasi itu bersifat empirisisme maupun absolutisme, keduanya memiliki fungsi dan posisinya masing-masing namun sekaligus saling terkait erat sebagai kesatuan grand-design dari Zat Pencipta Yang Maha Agung. Kemudian.., pembahasan dilanjutkan dengan soal keimanan. Bilamana faktor Yakin adalah merupakan hasil dari usaha yang selalu terkungkung secara empiris karena senantiasa berada dalam dimensi ruang dan waktu, maka faktor Iman justru berlaku sebaliknya. Iman bukanlah produk yang dihasilkan dari dimensi empiris, betapapun lamanya waktu yang telah dan akan ditempuh. Dalam pembahasan ini diketahui bahwa iman bersumber dari dimensi yang tidak terikat oleh ruang atau terkungkungi waktu, karena iman dihadirkan langsung oleh Zat Pencipta ruang dan Pengatur waktu.... Implikasi secara ilmiah terhadap adanya Zat Pencipta ruang dan Pengatur waktu adalah bahwa, adanya alam semesta ini adalah karena adanya Zat Yang Maha Pencipta, yakni Sumber Sebab dari segala sesuatu yang tercipta. Tentunya.., tidak ada kemungkinan bagi manusia untuk mengenali Tuhan Maha Pencipta secara lebih tepat dengan instrumen yang melulu bersifat ilmiah atau melalui sarana keyakinan saja yang semamtiasa terkungkung dalam dimensi empiris, melainkan akan dapat dikenali lebih dekat dengan instrumen Iman. Dalam pembahasan mengenai keimanan tersebut dikemukakan juga persoalan kekafiran, bahaya kemunafikan dan kemusyrikan, serta korelasi dan dampak negatif apa saja yang mampu ditimbulkannya. Juga dibahas mengenai usaha-usaha apa saja yang diperlukan untuk memupuk dan meningkatkan mutu keimanan melalui sekelumit contoh beberapa kisah peristiwa yang pernah dialami beberapa orang Sahabat Nabi Muhammad SAW ketika masih hidup ditengah-tengah mereka. Pembahasan dilanjutkan dengan perihal Takwa dan kendala empiris yang tengah dialami umat manusia di bumi ini. Dalam sub ini dikemukakan sedikit pertanyaan mengenai upaya realisasi dari takwa, fungsi moral dan rasionalitasnya, serta pengaruhnya bagi perkembangan suatu kreatifitas dari ras manusia. Pembahasan yang terkait dengan beberapa pertanyaan mengenai eksistensi takwa ini selain berhubungan erat dengan latar-belakang proses evolusi yang telah ditempuh, nampaknya mampu memunculkan sikap introspeksi terhadap tumbuhnya corak-ragam ideologi dan berkembangnya berbagai pola pikir bangsa manusia.... Hingga tahap tertentu, pada gilirannya kita akhirnya memerlukan suatu sikap merasa senasib-sepenanggungan bahwa ras bangsa manusia hanyalah saling menjalani kehidupan di dalam setitik debu diantara milyaran debu alam semesta yang sebagian telah musnah, namun sebagian lainnya sedang tercipta........ Hubungan yang kuat antara rasionalitas manusia dengan tingkat kewarasan jiwa nya merupakan indikasi terhadap seberapa kuatnya kualitas ketakwaan yang dimiliki seorang manusia. Namun, kenyataan hidup kerap membuktikan bahwa rasionalitas-intelektual seseorang tidak mesti seiring-sejalan dengan kadar kewarasan jiwanya. Padahal.., sebagaimana dibahas dalam sub sebelumnya, ketakwaan merupakan faktor penting dan krusial untuk mewujudkan suatu sistem kehidupan yang harmonis, adil, damai, beradab, aman, dan sejahtera. Untuk hal semacam itulah.., ketakwaan kolektif atau yang secara internasional lebih dikenal dengan istilah moral majority, perlu kiranya diwujudkan secara 'lebih-sistematis' bagi kepentingan seluruh lapisan bangsa manusia untuk menyongsong bangkitnya kembali suatu abad spiritualitas baru ras manusia moderen di masa mendatang. Masa mendatang itu sudah tak begitu jauh lagi, bahkan kian hari makin mendekat... Karenanya, kebangkitan abad spiritualitas manusia moderen dewasa ini semakin urgent kehadirannya untuk menjaga keseimbangan dan kelangsungan hidup ras manusia yang keadaannya semakin memprihatinkan di muka bumi ini. Pembahasan mengenai hal tersebut tertuang dalam sub yang membicarakan tentang prospek paradigma baru Khilafah Islami yang rahmatan lil 'alamin, yang berkait erat dengan perkembangan rasionalitas dan spiritualitas ras manusia.... Mengenai peran ilmu Tauhid yang dibahas dalam sub ini, ternyata memiliki fungsi yang sangat mendasar dan strategis... Ilmu Tauhid bukanlah hanya berpengaruh secara signifikan dalam hal kemajuan spiritualitas ataupun sebagai sarana peningkatan rasionalitas-intelektualitas saja. Namun bisa lebih dari itu, ilmu Tauhid juga berhubungan kuat dengan suatu upaya optimalisasi segi etis-moral / budi-pekerti / ahlak / dharma-bhakti, yang pada tahapan lebih lanjut mampu bersinergi secara positip dengan berbagai macam aturan hukum maupun aneka produk undang-undang yang ada. Langkah-langkah konkrit lainnya yang perlu diupayakan oleh seluruh manusia setahap demi setahap beserta kendala-kendala yang bersifat internal maupun kendala global, juga dibahas secara kronologis dalam sub bab selanjutnya. Langkah-langkah konkrit yang perlu diupayakan oleh seluruh manusia setahap demi setahap beserta kendala-kendala yang bersifat internal maupun global, juga dibahas secara kronologis dalam sub bab selanjutnya. |
Namun dalam kenyataan perjalanan sejarah manusia hingga saat ini, umat Islam ...(bahkan juga umat beragama lain secara umum)... sering mengalami banyak benturan dalam upaya mengoptimalkan fungsi-fungsi luhurnya secara universal, bahkan kerap kali ikut mengalami porak-poranda sebagai akibat dari perseteruan yang terjadi diantara kedua paham global tersebut.
Secara spesifik, kendala global yang terus terjadi dibahas dengan cara memaparkan perjalanan sejarah ras bangsa Yahudi secara ringkas-kronologis, sejak jaman Nabi Ibrahim AS dan seterusnya hingga pasca PD II ditengah-tengah sejarah bangsa lainnya. Dari upaya pemaparan ini didapat gambaran bagaimana ideologi rekayasa manusia itu telah mampu memberi sumbangan besar bagi kerusakan alam dan nilai-nilai universal kemanusiaan. Disisi lain, sekularisme global telah menyebabkan atau sekurangnya mengantarkan peradaban manusia moderen makin kehilangan ruh kebijaksanaannya..... Sementara disisi lainnya, dinamika agama semakin nampak terjebak dalam kekakuan dogma dan benturan antar sekte-aliran yang saling berseteru-tegang satu sama lain.., bahkan sering-kali terperosok dan terjerumus dalam kubangan provokasi teror yang tak mampu terelakkan di setiap putaran jaman. Karenanya, suatu revolusi spiritual secara signifikan begitu diperlukan sebagai kekuatan penyeimbang dari kecenderungan dominasi sekularisme global. Ia haruslah mampu melintasi berbagai sekat regulasi yang telah jenuh terkontaminasi oleh utilitarianisme material yang kian mengglobal. Suatu revolusi spiritual juga diharapkan mampu mengatasi aneka paradigma usang yang selalu saja bertendensi pada orientasi dan eksploitasi kekuasaan, yang pada gilirannya dapat diharapkan mampu mengarahkan semuanya itu pada berbagai aktifitas yang mendukung harmoni kehidupan. Pemaparan mengenai sub yang membahas mengenai hal ini merupakan topik bahasan penutup dari keseluruhan bahasan yang terdapat dalam bab keempat tersebut. Sebagaimana telah diterangkan sebelumnya, bab kelima berisi tentang suatu pemaparan proses penciptaan secara khusus dan terkesan lebih kronolo. Pembahasan mengenai hal ini diawali dengan sub. Kebijakan Evolusi Ras Manusia Di Alam Semesta, yang berisi tentang proses perjalanan dari kebijakan evolusi ras manusia beserta tingkatan pesan-pesan kebijakan yang mengiringinya dari waktu ke waktu. Dalam hal ini dapatlah dibedakan antara 'pesan kebijakan' yang sifatnya empiris, dengan pesan kebijakan yang bersifat absolut. Pesan kebijakan yang bersifat empiris terkait erat dengan proses terbentuknya keyakinan hingga mewujud dalam beragam corak kebudayaan, sedangkan yang bersifat absolut terkait dengan kehadiran Para Nabi dan Rosul yang diutus Sang Maha Pencipta. Interaksi antara keduanya menghasilkan sekurangnya tiga resultat yang senantiasa mewarnai proses perjalanan evolutif bangsa manusia hingga terus berkembang ke masa-masa selanjutnya. Ketiga resultat itu adalah : Tidak Ada Tuhan Kecuali Tuhan sebagai resultat pertama, Tidak Ada Tuhan Kecuali Tidak Ada sebagai resultat kedua, Tidak Ada Tuhan Kecuali Allah sebagai resultat ketiga. Resultat pertama dapat dikatakan sebagai nuansa produk kebudayaan, resultat kedua mungkin lebih cenderung disebut sebagai pemicu berkembangnya laju peradaban, dan resultat ketiga mengandung unsur kebijaksanaan dalam menangani proses evolusi seluruh aspek kehidupan. Pembahasan dilanjutkan dengan sub. Tinjauan Filosofis Suatu Kebijakan Evolusi. Di dalam sub ini, termuat tiga persoalan mendasar yang dimunculkan dari pembahasan sub bab sebelumnya. Pertama adalah soal Para Nabi dan Rasul..., apakah mereka itu berada jauh diluar jalur panjang rel evolusi ras manusia. Kedua adalah mengenai Surat Al Fatihah yang merupakan intisari AlQur'an sebagai suatu bentuk konkrit representatif dari Haqqul yaqin, yakni bagaimanakah bentuk korelasi empirisisme dengan absolutisme jika keduanya dihubungkan dengan proses evolusi tersebut. Ketiga adalah soal Mi'raj Muhammad SAW ke Sidratul Muntaha..., mengapa hal demikian dikatakan sebagai suatu konsekuensi logis dari adanya suatu kebijakan evolusi ras manusia dan alam semesta. Soal pertama dalam sub. kedua ini dibahas dengan menelaah sejarah Nabi Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim AS serta respons yang diterima dari kaum mereka masing-masing. Dari perbandingan antara Ayat-Ayat yang ada dengan bukti-bukti empiris yang telah ditemui, kiranya dapat disimpulkan adanya suatu kesamaan misi mereka, antara lain bahwa : Kehadiran Para Nabi dan Rosul itu.., secara filosofis merupakan para penyambung tongkat estafet dari proses evolusi ras manusia, mereka juga berfungsi sebagai indikator yang memisahkan sekelompok ras manusia yang secara akal dan moral telah mampu melanjutkan eksistensinya, dengan kelompok ras manusia yang binasa sebagai akibat dari lebih cenderung memperturutkan hawa nafsunya. Kemusnahan sebagian besar ras manusia sejak jaman purba dahulu bukanlah terutama diakibatkan oleh bencana besar atau perubahan kondisi alam yang ekstream saja, namun juga ditentukan oleh kurangnya faktor kesadaran nurani untuk menangkap pesan-pesan kebijakan dari luar diri, yakni dari Zat Maha Pencipta Alam Raya. Soal kedua yakni mengenai korelasi antara empirisisme dengan absolutisme yang terkandung dalam Surat Al Fatihah, dalam hubungannya dengan suatu proses evolusi dari suatu batasan alam semesta.., pada sub. ini dijabarkan secara lebih luas-melebar dan agak sedikit mendalam. Penjabaran dimulai dari seberapa jauh usaha yang telah berhasil ditempuh ilmu pengetahuan, sains dan teknologi dalam usahanya menyelidiki asal-muasal proses kehidupan, sejak dari ukuran proton-neutron sampai kepada penemuan fosil alga yang pernah mengalami hidup pada masa sekitar 1,5 Milyar tahun yang lalu..... Sejak dimulainya suatu ledakan dahsyat dari satu titik yang mengawali diciptakannya suatu batasan alam semesta (sebagai akibat dari menyatunya seluruh hukum kemutlakan..) sampai kepada puncak ritualitas peribadatan umat di bumi yang dilakukan ras manusia (ajaran Ibrahim AS) sebagai suatu wujud pengakuan utama bangsa manusia terhadap esensi kerja (bertasbihnya) seluruh alam semesta. Dalam hal ini, sekurangnya terdapat dua issue pokok ajaran Ibrahim AS yang dihadirkan Tuhan untuk memperbaiki dua faktor perusak suatu kebijakan proses evolusi. Faktor kejahiliyahan yang mengandung unsur-unsur kebodohan, kesesatan, kesalahan mengerti mengenai Tuhan, diperbaiki dengan ajaran Tauhid yang terefleksi dalam ibadah sholat dan thawaf mengelilingi Ka'bah. Faktor kezhaliman yang memuat unsur ketidak-adilan, keserakahan, eksploitasi, tirani, kerusakan dalam diri manusia, diperbaiki dengan ajaran berkurban yang menghidupkan nilai-nilai solidaritas dan kasih-sayang sesama manusia, disamping juga menyuburkan prinsip-prinsip keadilan dan keberadaban. Korelasi dari semua uraian semua ini dengan sebagian dari makna kontekstual yang terkandung dalam Surat Al Fatihah adalah..: Bahwa sejak terbentuknya suatu dimensi ruang-waktu tertentu sebagai akibat lanjut dari adanya suatu ledakan dahsyat dari sebuah titik sangat kecil yang berasal dari dimensi kemutlakan..., kemudian hal semacam itu melahirkan dimensi empiris yang selama milyaran tahun proses evolusinya menghasilkan milyaran galaksi dengan berbagai ragam tingkat kehidupan yang tak terbayangkan kompleksnya.., dan bahwa diantara begitu banyaknya galaksi-galaksi yang terdiri atas ratusan milyar bintang itu ternyata sebagian telah musnah dan sebagian lagi sedang tercipta....., |
hingga diturunkannya Para Nabi dan Rasul untuk mengingatkan bangsa manusia mengenai Hari Keruntuhan suatu batasan alam semesta yang sangat-sangat menggemparkan nantinya.., semua prosesi itu telah terangkum dalam tujuh Ayat yang terkandung dalam Surat Al fatihah ( angka 7 mengandung makna perulangan) yang merupakan ringkasan dari keseluruhan isi dari pokok AlQur'an.
Dari pengertian ini dapatlah dianalogikan sebagai berikut : Dari sebuah titik huruf BA yang mengawali ayat pertama sebagai awal terjadinya suatu dimensi ruang-waktu (misal. peristiwa big bang) yang berasal dari dimensi kemutlakan.., dengan nama/ bersama nama/ didalam nama ALLAH SWT (sebagai sumber dimensi kemutlakan) Yang Maha RAHMAN (sumber pelimpah materi yang tak pernah habis-habisnya) Yang Maha RAHIIM (sumber penyedia-pemicu kehidupan dalam proses yang tak pernah ada hentinya).., segala pujian hanyalah bagi ALLAH Robbil'aalamiin (Zat Penyempurna proses evolusi kehidupan seluruh isi alam..., baik alam empiris maupun alam absolut)...., hingga sampai ke ayat-ayat selanjutnya dijelaskan secara lebih detail dan cukup dalam pada penjabaran surat AL Fatihah pada sub bab selanjutnya..... Secara ringkas dapat disimpulkan, bahwa Al Fatihah yang juga disebut sebagai Ummul-Qur'an, dimana AlQur'an sendiri merupakan bagian dari Ummul-Kitab yang sangat terpelihara di Lauhul-Mahfuzh ..(disisi keabadian Ilmu ALLAH yang sangat tinggi nilainya).., merupakan suatu rangkuman dari proses evolusi yang telah dan akan terjadi dibumi, dan yang juga merupakan bagian dari proses kerja suatu batasan alam semesta diantara begitu banyak batasan alam semesta lain yang senantiasa berproses tak kenal henti.... Dalam sub ini dibahas juga mengenai eksistensi negeri surga, apakah ia akan kekal selamanya, dan dimanakah korelasinya dengan proses evolusi alam semesta ini. Akan dibahas pula..., bagaimanakah alam semesta itu diciptakan dan bagaimana pula berakhirnya..? Soal ketiga membahas mengenai Mi'raj Nabi Muhammad SAW, mengapa dikatakan sebagai konsekuensi logis dari kebijakan evolusi manusia dan alam semesta. Bahkan dijabarkan pula, mengapa peristiwa Mi'raj Nabi SAW merupakan puncak dari siklus alam semesta..... Agaknya, pembahasan mengenai hal ini sangat terkait dengan proses evolusi yang telah dan akan ditempuh ras manusia itu sendiri, bahkan berkaitan pula dengan proses akhir kemusnahan suatu batasan alam semesta. Pembahasan mengenai Mi'raj ini merupakan suatu rangkuman dari point-point prosesi evolusi pada masa-masa yang telah terjadi sebelumnya. Mengingat berbagai rupa mukjijat yang telah dihadirkan pada semua kurun evolusi bangsa manusia bisa jadi merupakan faktor pendorong atau sebagai pemicu-sebab dari peningkatan peradaban pada masa selanjutnya, maka peristiwa Mi'raj Nabi SAW disamping sebagai sarana peneguh tegaknya tata-cara beribadah bagi umat manusia, ia berperan pula sebagai pengarah paradigma ilmu pengetahuan menuju kemana kemajuan peradaban ras manusia dimasa depan nanti. Dalam kaitan kedua fungsi inilah, maka peristiwa Mi'raj Baginda Nabi Muhammad SAW mengandung makna yang sangat kuat terhadap adanya sesuatu hubungan rasionalitas-empiris pada cara kerja alam semesta raya dengan spiritualitas-absolut pada cara beribadah kita... Bahwa ibadah sholat yang didirikan itu benar-benar merupakan wujud pengakuan yang tulus terhadap esensi kerja dari alam semesta raya, yakni Zat ALLAH SWT itu sendiri. Karenanya dikatakan bahwa Ashsholatul Mi'rojul Mu'miniin, sholat adalah mi'rajnya orang beriman... Pembahasan mengenai peristiwa Mi'raj ini ditutup dengan suatu hadits dari Umar Ibnu Khatab RA yang menjelaskan tentang permohonan ampun yang disampaikan Nabi Adam AS kepada Tuhannya dengan perantaraan nama Muhammad SAW. Pembahasan ini mengakhiri semua uraian yang ada dalam bab kelima. Pembahasan diakhiri dengan BAB PENUTUP yang mengupas mengenai konsep dan realita perjalanan suatu potret manusia moderen secara ringkas dan menyeluruh. Isi pembahasan dalam bab ini berkisar tentang konsep penciptaan Adam AS sebagai manusia moderen pertama yang menurunkan predikat khalifah di muka bumi ini. Dalam kaitan ini.., sekurangnya ada dua faktor yang melandasi ciri utama dari eksistensi ras manusia moderen jika hal itu dihubungkan dengan konsep awal penciptaannya, yakni faktor ilmu pengetahuan dan faktor kebijaksanaan. Interaksi yang senantiasa terjadi antara kedua faktor utama ini sangat mempengaruhi berbagai ragam kondisi dan realita yang terjadi pada semua perjalanan ras manusia dari jaman ke jaman, dari waktu ke waktu... Dari kedua faktor ini diperoleh suatu resultat Takwa yang merupakan barometer utama untuk mengkomposisikan dan mengendalikannya. Melalui resultat takwa inilah bangsa manusia senantiasa diingatkan agar selalu waspada terhadap berbagai jenis tipu daya Iblis beserta seluruh unsur pengikutnya dan selalu cermat dalam memanfaatkan bermacam kemajuan ilmu pengetahuan yang telah dan akan terus dicapainya. Demikianlah ringkasan dari keseluruhan isi pembahasan yang tertuang didalam bab pendahuluan di tulisan ini... Mengingat bahwa dalam bab-bab selanjutnya nanti akan ada dijumpai istilah kata filsafat di beberapa tempat, maka sebelum menutup bab kedua ini ada baiknya disampaikan juga beberapa pengertian singkat mengenai makna filsafat dari beberapa sumber secara umum, termasuk juga batasan-batasan yang dicakupinya secara ringkas. Filsafat menurut sejarahnya merupakan suatu usaha untuk mengkreasikan suatu sintesa atau minimal sebagai sarana untuk menjembatani jurang yang terbentang antara sains dan agama.... Ia menghendaki suatu teori alam raya yang akan dijadikan dasar terhadap suatu prilaku praktis manusia. Filsafat juga telah dirumuskan sebagai suatu usaha untuk berpikir jernih dalam memadukan ciri-ciri yang dianggap berlawanan antara dogma dengan sains dan antara hasrat yang kuat untuk percaya begitu saja dengan dasar-dasar rasionalitas intelektual yang menyanggah kepercayaannya itu. Setidaknya, secara teoritis filsafat merupakan usaha penyusunan hipotesis-hipotesis besar dan umum yang belum sepenuhnya bisa dibuktikan oleh sains dan teknologi, setidaknya pada masa sekarang... Dengan melalui obyek-obyek pemikiran yang luas ini, filsafat diharapkan mampu menjadi salah-satu penawar bagi berbagai kekhawatiran maupun kesengsaraan umat manusia. Dengan demikian, filsafat juga berusaha melakukan sesuatu yang telah dilakukan oleh agama. Namun berkenaan dengan makna kata filsafat yang agak kabur, ia sama-sekali tidaklah berusaha mendirikan suatu aliran agama tertentu, tidak pula hendak menihilkan atau apalagi mencemarkankan nilai-nilai luhur dalam suatu agama. Jika ada yang dapat diharapkan dari filsafat terhadap agama.., sekurang-kurangnya adalah kian bertambahnya keyakinan ke arah yang lebih baik dan lebih benar bagi para pemeluk agama itu sendiri beriringan dengan makin bertumbuh dan bertambahnya bukti-bukti empiris yang diusahakan dan dijumpai bangsa manusia dari jaman ke jaman, dari waktu ke waktu. Demikianlah adanya.... Wa Allaahu a'lamu Bishshawab. |
|