|
|
Perjalanan Waktu Disisi Tuhan
Para ilmuwan telah memanfaatkan proses peluruhan unsur radioaktif ini untuk menentukan umur suatu materi yang mencakup puluhan hingga ratusan juta tahun yang lalu. Ketika jumlah relatif unsur uranium dan timbal dalam suatu sampel bebatuan dapat dibandingkan, maka dapat segera ditentukan umur batuan tersebut secara detai dan akurat. Demikian pula dengan unsur radioisotop karbon14 (6C14), di udara gas karbondioksida (CO2) sebagian diserap tanaman pada saat proses foto sintesa, hal mana proses itu akan terhenti bila pohon atau tanaman itu telah mati. Unsur karbon14 dalam tanaman yang mati itu akan meluruh dengan melepaskan partikel-partikel betha (elektron) dari inti atomnya.
Dengan penggabungan data penelitian yng telah ada seperti angka ketetapan Avogadro (tiap1 mol zat berisi 6X10 pangkat23atom), waktu paruh dari unsur C14 (5.760 tahun), besarnya peluruhan karbon 14 dalam tanaman hidup (15 disintegrasi per menit per gram)..., maka para ahli fossil-benda purbakala dapat menentukan secara seksama berapakah lama waktu yang telah ditempuh/ berlalu sejak kematian tanaman atau keberadaan benda purbakala tersebut.
Maka.., tersusunlah apa yang dalam ilmu batuan bumi telah kita kenali dengan istilah skala waktu atau skala umur geologis. Dari skala waktu itu telah ditunjukkan bahwa kemunculan ras mirip manusia untuk pertama kalinya sudah terjadi pada sekitar 3 sampai 1,5 juta tahun yang lalu, yakni sekitar awal zaman pleistocene. Hewan-hewan pemamah biak dan menyusui sejenis unta dan sebagainya yang berlimpah-ruah di zaman pliocene (sekitar 13 juta tahun lalu) sebetulnya telah mulai berkembang sejak 63 juta tahun yang lalu, yakni sepanjang era Cenozoic.
Di masa sebelumnya, yakni pada era Mesozoic (sekitar 230 hingga 63 juta tahun lalu) bangsa dinosaurus mulai muncul pada awal periode Triassic, kemudian berkembang pesat merajai bumi pada periode Jurassic (antara 180 hingga 135 juta tahun lalu). Pada masa itu barangkali kita bisa membayangkan bagaimana rakusnya bangsa dinosaurus raksasa itu melahap hampir semua dedaunan pohon-pohon besar, segala jenis tanaman berbunga, lelumutan maupun perdu, hingga jumlah species merekapun akhirnya semakin bertambah banyaknya dan beragam pula jenisnya.
Puncak kerajaan dinosaurus mencapai klimaksnya pada periode Cretaceous, yakni antara 135 hingga 63 juta tahun yang lalu. Mereka telah menjelma menjadi raksasa-raksasa buas yang kekurangan bahan makanan, hingga saling memangsa, dan musnah secara besar-besaran. Kemusnahan itu utamanya juga disebabkan oleh terjadinya retak-retakan yang membelah daratan kulit bumi (lithosphere) menjadi beberapa benua karena terjadi ledakan-ledakan besar akibat hujan meteor-meteor raksasa yang menghantam muka bumi, dan mengakibatkan terbentuk-munculnya kawah-kawah gunung berapi yang relatif baru.
Padahal.., jauh pada masa sebelumnya yakni pada era Paleozoic yang membentang sejak periode awal Cambrian (sekitar 600 juta tahun lalu) hingga akhir periode Permian (sekitar 230 juta tahun lalu), kondisi bumi pada masa itu masih berada dalam satu daratan besar yang dihuni oleh berbagai macam reptil-reptil kecil dalam jumlah yang cukup banyak, yakni sekitar 250 juta tahun yang lalu.
Dengan penggabungan data penelitian yng telah ada seperti angka ketetapan Avogadro (tiap1 mol zat berisi 6X10 pangkat23atom), waktu paruh dari unsur C14 (5.760 tahun), besarnya peluruhan karbon 14 dalam tanaman hidup (15 disintegrasi per menit per gram)..., maka para ahli fossil-benda purbakala dapat menentukan secara seksama berapakah lama waktu yang telah ditempuh/ berlalu sejak kematian tanaman atau keberadaan benda purbakala tersebut.
Maka.., tersusunlah apa yang dalam ilmu batuan bumi telah kita kenali dengan istilah skala waktu atau skala umur geologis. Dari skala waktu itu telah ditunjukkan bahwa kemunculan ras mirip manusia untuk pertama kalinya sudah terjadi pada sekitar 3 sampai 1,5 juta tahun yang lalu, yakni sekitar awal zaman pleistocene. Hewan-hewan pemamah biak dan menyusui sejenis unta dan sebagainya yang berlimpah-ruah di zaman pliocene (sekitar 13 juta tahun lalu) sebetulnya telah mulai berkembang sejak 63 juta tahun yang lalu, yakni sepanjang era Cenozoic.
Di masa sebelumnya, yakni pada era Mesozoic (sekitar 230 hingga 63 juta tahun lalu) bangsa dinosaurus mulai muncul pada awal periode Triassic, kemudian berkembang pesat merajai bumi pada periode Jurassic (antara 180 hingga 135 juta tahun lalu). Pada masa itu barangkali kita bisa membayangkan bagaimana rakusnya bangsa dinosaurus raksasa itu melahap hampir semua dedaunan pohon-pohon besar, segala jenis tanaman berbunga, lelumutan maupun perdu, hingga jumlah species merekapun akhirnya semakin bertambah banyaknya dan beragam pula jenisnya.
Puncak kerajaan dinosaurus mencapai klimaksnya pada periode Cretaceous, yakni antara 135 hingga 63 juta tahun yang lalu. Mereka telah menjelma menjadi raksasa-raksasa buas yang kekurangan bahan makanan, hingga saling memangsa, dan musnah secara besar-besaran. Kemusnahan itu utamanya juga disebabkan oleh terjadinya retak-retakan yang membelah daratan kulit bumi (lithosphere) menjadi beberapa benua karena terjadi ledakan-ledakan besar akibat hujan meteor-meteor raksasa yang menghantam muka bumi, dan mengakibatkan terbentuk-munculnya kawah-kawah gunung berapi yang relatif baru.
Padahal.., jauh pada masa sebelumnya yakni pada era Paleozoic yang membentang sejak periode awal Cambrian (sekitar 600 juta tahun lalu) hingga akhir periode Permian (sekitar 230 juta tahun lalu), kondisi bumi pada masa itu masih berada dalam satu daratan besar yang dihuni oleh berbagai macam reptil-reptil kecil dalam jumlah yang cukup banyak, yakni sekitar 250 juta tahun yang lalu.
Jauh sebelumnya.., berbagai jenis binatang amphibi dan aneka rupa serangga mulai muncul di bumi ini pertama kalinya pada periode Devonian (antara 405 hingga 345 juta tahun lalu), yakni suatu masa dimana kehidupan di muka bumi ini didominasi oleh bangsa ikan. Berbagai jenis hiu raksasa dan ikan buas lainnya berlimpah-ruah hidup di masa ini.
Pada mulanya.., sejenis ikan untuk pertama kalinya muncul di muka bumi terjadi pada periode Ordovician, yakni sekitar 500 juta tahun yang lalu. Pada masa itu gunung-gunung hijau mulai tumbuh dengan digenangi banyak lautan alga / ganggang yang berkembang melimpah disekitarnya. Seratus juta tahun sebelumnya.., lautan alga itu telah dihuni oleh begitu banyaknya kerang-kerangan, trilobit yang berlimpahan, dan juga berbagai jenis hewan invertebrata laut lainnya. Berdasarkan kepada hasil-hasil penggalian fossil dan penelitian terhadap lapisan bebatuan yang ada, telah ditemukan bukti bahwa berbagai macam invertebrata laut primitif itu serta fosil ganggang yang ditemukan, ternyata telah pernah hidup pada masa sekitar 1,5 milyar tahun yang lampau. Yaitu pada era Protezoic di periode Precambrian. FOTO GANGGANG DAN FOSSILNYA SBG MAHLUK HIDUP TERTUA DI BUMI Itulah pengetahuan yang ada pada manusia hingga saat ini dalam usahanya memikirkan kapan dan dari mana awal kehidupan di bumi ini dimulai. Memang, para pakar geologis telah menemukan bukti bahwa batuan tertua yang pernah diteliti di sekitar lempeng Kanada memiliki umur yang telah mencapai 3,5 milyar tahun. Namun pada masa itu, yakni era Archeozoic, mereka belum menemukan bukti-bukti fossil yang bisa dikenali sebagai mahluk yang pernah hidup di muka bumi. Bahkan.., manusia pun belum mengetahui secara pasti kapan bumi yang dihuninya ini mulai terjadi. Satu-satunya yang bisa dijadikan patokan adalah asumsi, yakni suatu anggapan perkiraan bahwa bumi dan uranium diperkirakan terjadi pada saat yang bersamaan. Sehingga dengan memperkirakan proses pembentukan selama 100 juta tahun ditambah dengan faktor peluruhan uranium 238 yang waktu paruhnya adalah 4.500 juta tahun, maka pembentukan bumi dan matahari serta planet-planet lain dalam tata-surya kita diperkirakan telah terjadi sekitar 4,6 hingga 5 milyar tahun yang lalu. Sejenis ras yang secara fisiologis mirip manusia (namun volume otak dan sebagian besar performanya lebih mirip kera) yang baru sekitar 3 sampai 1 juta tahun lalu muncul untuk pertama kalinya di muka bumi, terasa begitu singkat waktu / umur kehadirannya jika dibandingkan dengan waktu yang telah ditempuh bangsa dinosaurus yang pernah hidup selama lebih dari 150 juta tahun. Bahkan.., masa kejayaan bangsa reptil itu terasa sangat singkat jika dibandingkan dengan perjalanan yang pernah ditempuh oleh mikro organisme semacam alga dan amoeba selama 1,5 milyar tahun hidup di bumi ini... Dan selama hampir 4 milyar tahun sebelumnya, tidak ada satu mahluk hidup apapun yang pernah terdeteksi (oleh pengetahuan manusia) yang beroleh kesempatan mendiami tiap jengkal muka bumi ini. Tak ada tanaman yang tumbuh, tak ada dataran yang hijau, bahkan.., tidak juga satu virus pun yang tinggal di sebuah bakteri yang hidup disetitik sel suatu mikro-organisme. FOTO BANGSA DINOSAURUS BERBAGAI JENIS DAN UKURAN Sekarang.., kita kembali ke awal sub bab ini, Apa lagikah yang bisa dijelaskan empirisisme mengenai asal-muasal kehidupannya..? Tentu saja..., absolutisme secara pasti akan menyuguhkan jawaban yang mutlak, sebagai panduan bagi empirisme agar selalu berada dalam koridor suatu jalan yang lurus. Sehingga.., empirisme diharapkan dapat terus bergerak mengikuti proses kebijakan evolusi yang terjadi di segenap jagat semesta raya ini. Absolutisme menyuguhkan jawaban bahwa segala sesuatu berasal dari ALLAH dan akan kembali kepada-Nya. Dialah Yang Maha Hidup, Maha Kekal selamanya, tiada permulaannya dan tiada pula selesainya, tiada suatu apapun yang serupa dengan sifat-Nya, wujud kekuasaan-Nya, maupun Zat-NYa. Dialah ALLAH, Zat Yang Maha Suci, Maha Besar, lagi Maha Tunggal.., Jadi, sama-sekali tidak benar jika dikatakan bahwa Tuhan sedang menganggur ketika belum ada satu titik pun kehidupan di bumi ini. Dia senantiasa sibuk mengatur segala sesuatu yang belum kita ketahui maupun yang masih terikat dalam keberadaan ruang dan waktu. ALLAH telah menjelaskan bahwa Dia tidak bermain-main dalam menciptakan ruang-angkasa, bumi serta segala apa yang ada diantara keduanya QS.21:16-20. Melalui proses demi proses, tahap demi tahap, tingkat demi tingkat, era demi era, Dia ingin memisahkan yang hak dari yang batil agar yang hak itu makin mendekat kepada-Nya, karena Dialah Al Haq (Yang Maha Mutlak Benar). |
|
Sebelum kita meningkat pada pembahasan mengenai penciptaan ruang-angkasa beserta segenap isinya, ada baiknya lebih dulu kita bahas secara ringkas suatu korelasi dari sebagian nama-nama ALLAH yang keseluruhannya bersifat mutlak-absolut tersebut.
Mengingat, bahwa keberadaan ALLAH tidak dimulai dengan permulaan dan tiada pula diakhiri dengan suatu penghabisan, maka dapat bermakna bahwa Zat ALLAH tidak mungkin / mustahil terkungkung oleh dimensi ruang-waktu, sehingga keberadaan-Nya senantisa kekal. Kata 'Maha' yang kita ucapkan didepan nama-Nya senantiasa menuntut kesempurnaan dari kemutlakan Zat-Nya. Jika kita mengatakan ALLAHU AKBAR yang berarti ALLAH Maha Besar, maka sebenarnya ALLAH lebih besar dari yang baru saja kita kira, Dia paling besar dari yang besarnya tak terhingga, bahkan.., dari apa yang dikira tak terhingga itu, Zat ALLAH lebih tak terhingga lagi besarnya. Kekekalan-Nya menunjukkan keberadaan yang sesungguhnya sehingga Dia senantiasa ADA, semua yang ada akan musnah-binasa kecuali Dia. Bagi-Nya segala pujian di permulaan kejadian hingga akhir suatu masa. Sehingga, Maha Suci Dia dari segala rupa kelemahan prasangka yang ada dalam berbagai pikiran maupun isi hati segenap mahluk-Nya. Kita menyadari bahwa, segala kemutlakan yang kesempurnaannya senantiasa tak terhingga itu ternyata mengandung konsekuensi sangat penting dalam mengarahkan rasionalitas dan kesadaran nurani, sehingga kita bisa menaruh harapan bahwa kelak empirisisme akan menemui kedamaiannya dan memancarkan kasih-sayangnya di dunia yang semakin renta ini... Berangkat dari harapan ini kita akan mencoba melihat kembali, bagaimana empirisisme dan absolutisme menjelaskan proses kejadian segenap alam semesta beserta segala isinya. ALLAH Sang Maha Pencipta telah menjelaskan bahwa bumi / daratan dan ruang-angkasa sebelumnya merupakan sesuatu yang padu (mungkin sebelumnya bersifat homogen) , lalu Dia pisahkan keduanya sesuai dengan kehendak-NYa. Kemudian Dia jadikan segala sesuatu yang hidup berasal-mula dari air QS.21:30. Empirisisme menjelaskan bahwa air merupakan unsur terpenting bagi suatu proses kehidupan. Penemuan fossil alga / ganggang purba dalam kristal es yang telah berumur sekitar 1,5 milyar tahun yang lalu menunjukkan suatu permulaan kehidupan di bumi ini yang berasal dari air. Pada masa itu.., iklim yang begitu dingin menyebabkan sebagian permukaan bumi dipenuhi oleh pegunungan gletser (bahkan hingga saat ini ada bagian-bagian tertentu di Antarctica yang suhunya mencapai 49 derajat Celcius dibawah angka nol yang merupakan area es abadi), sementara bagian lainnya dari bumi diliputi panas akibat aktivitas vulkanis dari magma yang keluar dari dalam bumi (kemungkinan terjadi sebagai akibat dari hantaman meteor-meteor raksasa dari ruang-angkasa yang berhasil menembus kulit bumi). Keadaan serupa perbedaan suhu ini mengingatkan kita pada kondisi bulan yang suhunya mencapai +110 derajat Celcius pada bagian yang menerima sinar matahari, dan yang bersuhu -175 derajat Celcius pada bagian yang membelakangi bumi, Saya tidak mengetahui secara persis entah mengapa satelit bulan tidak diberi sarana oleh Tuhan untuk mampu berotasi. Melalui proses rotasi serta revolusi bumi hingga milyaran tahun lamanya itu.., terjadilah kumpulan uap panas / gas / asap dan genangan air akibat bertemunya dataran es dengan dataran vulkanis yang secara lambat laun memunculkan cikal-bakal mahluk hidup, yakni berupa mikro-organisma. Ketika ALLAH mulai menghidupkan bumi sesudah matinya QS.57:17, Dia lakukan hal itu dengan cara menurunkan hujan dari ruang-angkasa QS.16:65. Sebelum itu, ruang-angkasa masih berupa gas (asap / uap air) QS.41:11.., hal mana barangkali telah dihasilkan dari proses awal pembentukan bumi. Dengan air hujan itulah, ALLAH memproses kehidupan dari yang mati, dan memproses kematian dari yang hidup, sebagaimana tertuang dalam QS.10:31, QS.3:27, QS.6:95. Penjelasan ringkas dari ALLAH dalam ketiga Ayat AlQur'an ini sangat penting bagi empirisisme dalam usaha manusia memahami proses kehidupan yang dialaminya. Peluruhan unsur radioaktif uranium 238 selama milyaran tahun lamanya, telah menjadikan logam itu mengalami pelapukan dan lambat laun sebagian berubah menjadi unsur yang lain. Proses pelapukan yang terus-menerus pada akhirnya mengakibatkan terbentuknya unsur-unsur baru yang lain, baik akibat sifat radioaktif pada unsur-unsur tertentu lainnya maupun karena pengaruh sinar-sinar kosmis dari ruang angkasa... Pada gilirannya muncullah bakteri-bakteri yang hidup dari unsur yang tak hidup, misalnya saja bakteri besi, bakteri nitrat, bakteri nitrit dan sebagainya. Sebagian dari bakteri-bakteri itu mengalami beberapa kali mutasi genetika akibat dihinggapi oleh sejenis virus-virus yang mengandung susunan protein dan DNA-RNA tertentu, sebagian lain berkembang atau berevolusi secara tersendiri. Berdasar kepada studi Paleontologis dan Geologis kita bisa melihat bagaimana selama 900 juta tahun lamanya (antara 1,5 milyar hingga 600 juta tahun yang lalu) mikro-organisma itu sebagian berevolusi dari setitik plankton menjadi seekor trilobit atau ubur-ubur, atau kemudian, dari sebuah sel bakteri tertentu lalu secara lambat laun berevolusi menjadi cikal-bakal sebatang pohon yang dikenali para peneliti fossil tanaman purbakala untuk pertama kalinya tumbuh didaratan pada sekitar 400 juta tahun lalu. Dari air itulah sebagian alga, bakteri, atau amoeba yang bisa dikatakan sebagai mahluk yang 'telah tercerahkan' mengalami mutasi alam akibat perubahan suhu yang ekstrem, radiasi alam dari batuan yang mengandung unsur radioaktif, dan dipengaruhi pula oleh sinar-sinar kosmis yang masuk ke bumi, sehingga berevolusi menjadi sebentuk ikan, hingga setelah menempuh waktu selama ratusan juta tahun lambat laun berubah menjadi ikan-ikan buas raksasa yang merajai seluruh bumi... Lalu muncullah aneka jenis serangga sebagai akibat dari melimpah-ruahnya bangkai-bangkai ikan / hewan air raksasa yang mati atau saling memangsa hingga sebagian besar mengalami kepunahannya.., pada masa itu kepunahan sebagian besar bangsa ikan buas diiringi pula dengan munculnya bermacam hewan amphibi yang sebagian dari mereka berevolusi menjadi sebangsa reptil... Ada diantara bangsa reptil itu yang mengalami mutasi sebagai reptil yang menyusui, dan ada juga beberapa jenis yang bermutasi secara terus-menerus hingga menjadi kelompok reptil raksasa semacam dinosaurus... Kemudian setelah bangsa dinosaurus musnah, semacam reptil yang menyusui itu melanjutkan tugas proses evolutif mereka, sebagian mengalami mutasi terus-menerus selama 150 juta tahun lebih hingga akhirnya berkembang pesat menjadi bangsa mamalia yang beraneka rupa. Lalu.., memunculkan bangsa primata sekitar 60 juta tahun yang lalu. Berdasarkan bukti-bukti fossil yang telah dan akan terus ditemukan di masa yang akan datang, sebagian dari kita meyakini bahwa kera, simpanse, gorilla, orang-utan dan sebagian ras mirip manusia tertentu berasal dari primata yang telah berevolusi selama puluhan juta tahun lamanya. Hingga saat ini kita bisa saksikan, bangsa manusia dengan berbagai suku bangsanya serta aneka bahasa dan negaranya, tumpah-ruah bertebaran di segenap penjuru bumi. |
Manusia dapat hidup dimana-mana, didalam dan ditengah lautan, di pantai dan di pegunungan, di kutub es maupun di terik padang pasir, dalam perut bumi ataupun diatas ruang-angkasa. Bangsa manusia telah menjadi raja di seluruh alam ini.., menjadi khalifah bagi segenap mahluk-Nya sebagaimana tuntutan konsep awal penciptaannya.
Sebelum kita melangkah lebih jauh lagi kedalam pembahasan mengenai konsep awal dan realita penciptaan ras manusia moderen, ada baiknya kita 'tuntaskan' dahulu pembahasan mengenai penciptaan ruang-angkasa dan bumi karena mengingat yang tertuang dalam QS.40:57.. yang menyatakan bahwa penciptaan tentang mereka lebih berat dan lebih besar / sulit jika dibandingkan penciptaan bangsa manusia. Dalam Ayat ini juga disebutkan bahwa, sebagian besar bangsa manusia tidak mau menyadari atau bahkan tidak sempat memikirkannya..., mungkin hal ini diakibatkan oleh penuhnya berbagai macam persoalan duniawi yang sering menyesaki seluruh ruang pikir dan hati antara sesama bangsa manusia. "Sesungguhnya (proses) penciptaan ruang-angkasa dan bumi jauh lebih besar (lebih berat dan sulit) daripada penciptaan manusia.., tetapi kebanyakan ras manusia tiada mengetahui / menyadarinya.." QS.40:57 Tadi telah dikatakan bahwa ALLAH telah menjadikan segala sesuatu yang hidup dibumi ini berasal dari air. Pertanyaannya, dari manakah air itu berasal..? Sebagaimana diketahui, molekul air tersusun dari atom hidrogen dan oksigen. Penggabungan kedua jenis atom dalam bentuk gas itu menghasilkan bentuk air sambil melepaskan energi dalam bentuk kalori / panas..... Para ahli astronomi telah berhasil mendeteksi bahwa di ruang-angkasa antar bintang ada terdapat unsur-unsur jernih yang mengandung sekitar 99% gas hidrogen dan helium serta 1% partikel debu yang komposisinya mirip unsur-unsur yang ada dalam bumi seperti oksida besi, senyawa silikon, kristal es, termasuk juga molekul-molekul yang bersifat organik. Dari manakah gas hidrogen itu berasal..? Para ilmuwan beranggapan bahwa unsur-unsur jernih yang berserakan di ruang-angkasa antar bintang itu berasal dari sisa penciptaan alam semesta di masa lalu yang tak diketahui permulaannya. Beberapa fakta yang disodorkan oleh ilmu Mekanika Kuantum menunjukkan bahwa ruang-angkasa dipenuhi oleh pasangan partikel seperti elektron dengan positron, atau proton dengan netron. Hidrogen sebagai atom paling ringan dan sederhana karena hanya terdiri atas sebuah proton yang dikelilingi sebuah elektron akan memungkinkannya mudah terbentuk dalam samudra ruang-angkasa. Pertanyaan selanjutnya adalah.., darimanakah partikel-partikel penyusun atom itu berasal, apakah mereka muncul begitu saja, apa sebab dari kemunculannya, bagaimana proses kemunculannya, serta untuk apa sebenarnya semua ini mesti terjadi..? Hingga saat ini kita sadari, pertanyaan-pertanyaan semacam itu belum dapat dijawab secara pasti oleh bangsa manusia, seberapapun tinggi ilmu pengetahuan dan tehnologinya. Jawaban yang mutlak benarnya hanya ada pada Sang Khalik yang diinformasikan-Nya dalam bahasa yang bisa dimengerti oleh bangsa manusia. Secara kronologis.., informasi yang sifatnya mutlak-abadi dan paling mutakhir dari Tuhan Alam Semesta itu berbahasa Arab, sebagai konsekuensi logis karena Muhammad SAW adalah orang Arab. Namun begitu, informasi yang terangkum dalam AlQur'an ini ditujukan bagi semua bangsa manusia di muka bumi QS.26:192-200. QS.16:44. QS.43:2-4. agar manusia bisa mengetahui dari manakah asal kejadiannya, apa sajakah hal terbaik yang perlu dan bisa dilakukan sepanjang hidupnya, dan kemanakah ia mesti melanjutkan tujuan hidup selanjutnya setelah kematian datang menjemputnya. Dalam hal ini, perlu kiranya kita mengingat kalimat yang pernah disampaikan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya : "Apalah hak aku atas dunia seisi-nya ini.., Aku hidup didalamnya hanyalah seperti orang yang sedang menempuh perjalanan jauh dengan mengendarai seekor unta, kemudian beristirahat sejenak dibawah pepohonan, lalu akan meneruskan perjalanan kembali.." Hadits ini adalah riwayat yang ditulis oleh Tirmidzi dan Hakim. Bila kita coba memahami makna kalimat yang disampaikan Baginda Muhammad SAW itu, maka kita akan mengerti bagaimana para ahli astronomi telah mengetahui betul tentang keadaan dunia yang didiami bangsa manusia di bumi ini. Dunia ini hanyalah sekedar 'setitik debu' diantara planet-planet lain yang mengelilingi matahari, dimana, bintang yang terdekat itu (jaraknya hampir sekitar 150 juta km dari bumi) juga bergerak bersama ratusan milyar bintang lainnya mengelilingi pusat galaksi. Padahal.., mereka juga telah menemukan galaksi-galaksi lain yang tak terhitung jumlahnya muncul berserakan di segenap penjuru jagat semesta raya yang sangat luas ini. Rasionalitas manusia pun bertanya-tanya, kapankah berakhirnya alam semesta raya ini..?, apakah ia akan kekal selamanya, atau akan berakhir juga..? Jika jagat raya ternyata kekal selamanya, maka dimanakah surga...? Jikalau alam semesta raya akan berakhir juga, maka apakah Tuhan juga akan berakhir..?, atau menganggur ..? Lebih kekal yang manakah, antara surga-neraka dengan Tuhan Sang Pencipta..? Atau.. lebih besar manakah antara Tuhan dengan surga, mengingat Dia tinggal dalam surga..? dsb..dsb..dsb....,.dst..dst..dst.. Segala macam pertanyaan yang mampu diproduksi umat manusia dalam upaya mereka untuk lebih dekat lagi mengenali Tuhannya, tidak akan pernah mampu dijawab oleh orang paling rasional dengan tingkat kewarasan yang sangat tinggi sekalipun.., bilamana tidak didasari dengan keyakinan yang sempurna dan kerinduan yang dalam supaya kelak ia mampu menemui Tuhannya dengan penuh suka cita. Oleh karena itu, tiada yang bisa secara pantas menjawab berbagai pertanyaan tentang proses penciptaan itu melainkan Tuhan Maha Pencipta itu sendiri. Ras manusia telah diperintahkan untuk mendalami isi AlQur'an QS.4:82, agar ia tidak tersesat dalam mengarungi hidupnya yang singkat dan sangat sebentar dibumi yang 'setitik-debu' ini QS.42:52, agar hatinya tidak terkunci oleh keterbatasan pikirannya QS.47:24, dalam memahami segala rupa fenomena yang menyilaukan jiwanya. ALLAH telah menjelaskan dalam AlQur'an, Dialah yang paling awal tanpa proses permulaan (Al Awwalu) dan paling akhir tanpa mengalami proses penghabisan atau ber-kesudahan (Al Aakhiru) dan tak akan pernah bisa dibayangkan oleh otak maupun nurani manusia (Al Ghaib). Dari informasi ini, dapat dirangkai suatu pengertian bahwa.., jagat semesta raya sebagai suatu mahluk, telah mengalami proses permulaan disamping juga mengalami proses pengakhiran / runtuhnya, penghabisan / kehancuran yang telah, sedang dan akan terus terjadi. Dengan kalimat lain, alam semesta akan terus-menerus berkembang, walau ada sebagian yang musnah, untuk kemudian diciptakan kembali satu bentuk alam semesta yang baru, disamping yang sudah ada dan juga yang sedang mengalami kemusnahannya, sebagaimana hal demikian juga terjadi pada mahluk-mahluk lainnya termasuk bangsa manusia. Batasan pengertian ini bisa menunjukkan kepada kita akan adanya suatu akhir kemusnahan dimensi ruang-waktu (Kiamat) di suatu batasan alam semesta tertentu yang mampu membawa konsekuensi terbukanya awal suatu surga-neraka bagi penghuninya yang baru, yang merupakan terminal awal dimensi kekekalan yang dikhususkan bagi mereka.... Demikianlah hal ini terjadi secara terus-menerus, sebagai bukti yang menunjukkan ke-Maha Perkasaan Tuhan (Al 'Aziz) Yang Maha Kekal (Al Baqiy) selamanya... Dengan makin meluas dan berkembangnya alam semesta tersebut berarti menunjukkan makna kebesaran dan keagungan Tuhan yang tak terhingga. ...Subhan Allah Al 'Aliy Al 'Azhiem... |